TRIBUNJATENG.COM — Pariwisata Indonesia diproyeksikan semakin bertumpu pada wisata keluarga dan perjalanan singkat pada 2026.
Laporan tahunan ini menunjukkan bahwa pariwisata nasional tengah memasuki fase kalibrasi ulang (recalibration).
Masyarakat Indonesia tetap aktif bepergian, namun kini lebih selektif, memprioritaskan kualitas pengalaman, kebersamaan keluarga, serta fleksibilitas waktu perjalanan.
Baca juga: Middle Class Pilih Wisata Murah, Industri Pariwisata Lesu
Baca juga: Disparbud Pastikan Akses dan Destinasi Wisata Wonosobo Tetap Aman Dikunjungi
Tren ini terungkap dalam laporan Tourism Trends 2025 & Outlook 2026: Redefining The New Shape of Travel, hasil kolaborasi tiket.com bersama Lokadata yang didukung Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.
Berdasarkan survei, 76 persen perjalanan dilakukan untuk berlibur dan berekreasi, dengan orientasi utama pada liburan keluarga.
Sementara perjalanan bersama teman, pasangan, maupun solo travel berada di posisi menengah. Pola ini menegaskan bahwa perjalanan tidak lagi sekadar aktivitas rekreatif, melainkan sarana memperkuat koneksi emosional dalam lingkaran terdekat.
Salah satu temuan kunci adalah menguatnya tren short trip. Hampir 70 persen perjalanan berlangsung selama 1–3 hari, sejalan dengan kebiasaan masyarakat memanfaatkan long weekend dan libur nasional.
Pola perjalanan singkat ini diproyeksikan semakin stabil pada 2026, dengan family travel dan wisata domestik menjadi penggerak utama industri pariwisata.
“Pariwisata Indonesia perlu terus beradaptasi dengan menghadirkan produk yang relevan, berkualitas, dan berkelanjutan. Sinergi antara pemerintah dan industri menjadi kunci agar pariwisata nasional semakin tangguh dan berdaya saing di 2026,” ujar Ni Luh Enik Ermawati, Wakil Menteri Pariwisata Republik Indonesia.
Dari sisi pemesanan, seluruh kategori pariwisata mencatat pertumbuhan sepanjang 2025. Pemesanan transportasi tumbuh 23 persen, akomodasi naik 20 persen, dan atraksi wisata melonjak hingga 38 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini mencerminkan pergeseran preferensi konsumen yang semakin adaptif terhadap kebutuhan perjalanan singkat dan berbasis momentum.
Moda transportasi darat menjadi pilihan utama. Pemesanan kereta api meningkat 47 persen dan bus naik 46 persen, didorong faktor harga terjangkau, fleksibilitas rute, serta konektivitas antarwilayah yang cocok untuk perjalanan jarak pendek hingga menengah.
Preferensi akomodasi juga bergeser. Pemesanan villa dan non-hotel meningkat 44 persen, seiring meningkatnya minat wisata keluarga yang membutuhkan ruang lebih luas dan privasi. Sementara itu, pada kategori atraksi wisata, tiket playground melonjak 71 persen, menandakan tingginya kebutuhan destinasi ramah anak tanpa harus bepergian jauh.
Chief Strategy Officer tiket.com, Tifanny Tjiptoning, menyebut konsumen kini semakin mengutamakan perjalanan domestik singkat berbasis momentum.
“Ini membuka peluang bagi produk perjalanan yang lebih modular, family-friendly, dan terintegrasi secara digital,” ujarnya.
Dari sisi perilaku digital, 89 persen wisatawan mencari inspirasi perjalanan melalui media sosial, terutama TikTok dan Instagram.
Kesadaran terhadap pariwisata berkelanjutan juga meningkat, dengan 67 persen responden pernah menginap di akomodasi ramah lingkungan dan mayoritas terbuka untuk mengulang pengalaman tersebut.
Laporan ini menegaskan bahwa pada 2026, wajah pariwisata Indonesia akan semakin didominasi oleh wisata keluarga, perjalanan singkat, dan destinasi domestik, dengan keputusan perjalanan yang sangat dipengaruhi momen libur dan promo. Tren ini menjadi peluang besar bagi pelaku industri untuk menghadirkan pengalaman liburan yang praktis, relevan, dan bernilai bagi wisatawan nusantara. (*)