SURYA.co.id Surabaya - Dengan suhu harian yang berkisar 34–36°C di musim kemarau dan sensasi panas yang lebih menyengat akibat kelembaban tinggi, Surabaya menjadi salah satu kota yang paling rentan terhadap dampak panas ekstrem.
Profesor Riset Bidang Iklim dan Cuaca Ekstrem Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Prof. Erma Yulihastin, menjelaskan, panas ekstrem di wilayah Surabaya ini berpotensi terus berlanjut.
Hal tersebut merujuk pada hasil riset terkait kenaikan suhu maksimum di kawasan Surabaya Raya meliputi Surabaya, Gresik, Lamongan, Sidoarjo, Mojokerto, dan Bangkalan, yang diproyeksikan dapat mencapai kenaikan hingga ≥5°C dalam periode tertentu.
Gelombang panas yang melanda Surabaya tidak hanya berdampak pada kondisi fisik masyarakat, tetapi juga pada aspek psikologis.
Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Surabaya, Marini, S.Psi., M.Psi., Psikolog, menyebutkan bahwa paparan suhu udara yang tinggi memiliki korelasi dengan meningkatnya tingkat stres, kelelahan emosional, hingga agresivitas, yang dapat mempengaruhi produktivitas dan kualitas interaksi sosial masyarakat.
Baca juga: Daikin Designer Awards 2025, Penghargaan Daikin bagi Orisinalitas Karya Arsitektur & Desain Interior
Menanggapi risiko panas ekstrem beserta dampaknya terhadap kenyamanan dan produktivitas warga, PT Daikin Airconditioning Indonesia (DAIKIN) memandang perlunya kehadiran ruang komunal yang lebih adaptif terhadap iklim.
Hal ini yang kemudian menjadi landasan Daikin mendukung renovasi Balai Warga RW 04 Kampung Ketandan, Surabaya pada awal bulan Desember lalu, terutama di tengah keterbatasan fasilitas publik yang memiliki fitur mitigasi panas.
Renovasi balai warga ini merupakan hasil kolaborasi antara Daikin, Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) Kyoto University Jepang, dan Operations for Habitat Studies (OHS) untuk menciptakan contoh ruang publik yang mampu memperkuat ketahanan warga terhadap cuaca panas ekstrem.
Direktur PT Daikin Airconditioning Indonesia dan PT Daikin Industries Indonesia Budi Mulia menjelaskan melalui renovasi Balai Warga RW 04 Ketandan ini, DAIKIN berupaya mengembangkan teknik pendinginan yang lebih sesuai dengan karakter bangunan dan pola penggunaan AC di Asia Tenggara.
“Inisiatif ini kami wujudkan melalui balai warga yang dirancang sebagai ruang aman menghadapi panas ekstrem sekaligus contoh nyata bagaimana desain publik dapat membantu masyarakat beradaptasi terhadap perubahan iklim,” ujar Budi, Kamis (18/12/2025)
Baca juga: Dosen Pariwisata Unair Bagikan Tips Wisata Aman meski Cuaca Ekstrem saat Libur Nataru 2025
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, yang hadir bersama Konsul Jenderal Jepang Takonai Susumu dalam peresmian Balai Warga RW 04 Ketandan, menyampaikan apresiasinya atas kolaborasi lintas lembaga tersebut.
Menurutnya, inisiatif ini tidak hanya relevan untuk menjawab tantangan iklim di Surabaya, tetapi juga membuka ruang baru bagi warga Ketandan untuk berkegiatan, mulai dari seni hingga pengembangan produk UMKM lokal.
Emil juga menyoroti salah satu fitur baru hasil renovasi, yakni sistem prabayar penggunaan AC melalui aplikasi khusus.
Melalui aplikasi ini, warga dapat memilih durasi pemakaian AC dan melakukan pembayaran secara mandiri, di mana dana yang terkumpul akan masuk pada kas RW untuk menutup biaya listrik dan perawatan rutin.
“Model ini bukan sekadar inovasi teknis, tetapi mencerminkan semangat gotong-royong. Warga bisa menikmati kenyamanan ruangan sekaligus turut menjaga keberlanjutan operasional balai warga,” ujarnya.
Renovasi dilakukan dengan menggabungkan teknologi pendinginan pasif dan aktif. Pendinginan pasif diterapkan melalui penempatan ventilasi dan peninggian atap untuk mengalirkan udara sejuk sekaligus mendorong udara panas ke bagian atas bangunan, yang kemudian diperkuat dengan exhaust untuk membantu pembuangan udara panas.
“Sirkulasi udara yang lebih baik ini bertujuan menjaga kenyamanan ruang meski tanpa bantuan teknologi pendinginan,” tambah Budi.
Sementara itu, pendinginan aktif diwujudkan melalui pemasangan AC pada dua ruang balai warga, yang masing-masing mampu menampung empat hingga delapan orang.
Kedua ruangan ini juga dapat digabungkan untuk kegiatan yang membutuhkan area lebih luas. dengan merancang ruangan tersebut sebagai bagian dari riset penggunaan energi, dengan perbandingan langsung antara AC inverter dan non-inverter melalui pengoperasian bergantian dalam periode tertentu.