Tak Hanya Kakak, Siswi SD 12 Tahun Bunuh Ibu Karena Emosi Lihat Ayahnya Terus Dimarahi: Dendam!
December 19, 2025 08:01 AM

 

TRIBUNTRENDS.COM - Tabir kelam di balik kasus pembunuhan yang mengguncang publik akhirnya mulai terkuak.

SAS alias Al (12), siswi kelas 6 sekolah dasar yang diduga menghabisi nyawa ibu kandungnya sendiri, Faizah Soraya (42), di Medan, ternyata menyimpan luka batin mendalam. 

Fakta tersebut diungkap oleh Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Diyah Puspitarini, berdasarkan informasi yang diterimanya dari KPAD Medan.

Di balik peristiwa keji yang menggemparkan Indonesia ini, terungkap bahwa rasa sakit hati dan emosi yang terpendam menjadi motif utama di balik tindakan sadis sang anak terhadap ibunya.

Baca juga: Misteri di Balik 43 Adegan! Siswi SD 12 Tahun Peragakan Cara Habisi Nyawa Ibu Kandung di Medan

Kasus Menggemparkan Indonesia

Al diduga menghabisi nyawa ibunya sendiri di rumah mereka yang berlokasi di Jalan Dwikora, Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara.

Korban, Faizah Soraya, dilaporkan meninggal dunia setelah mengalami 20 luka tusukan, yang diduga dilakukan oleh anak kandungnya sendiri.

Fenomena Parisida: Anak Membunuh Orang Tua

Menanggapi kasus tersebut, Diyah Puspitarini menjelaskan bahwa peristiwa ini termasuk dalam kategori parisida, sebuah fenomena kriminal yang jarang terjadi namun sangat kompleks.

“Kejadian ini adalah parisida, di mana pembunuhan terjadi orangtua sebagai korban dan pelakunya adalah anak,” ungkap Diyah dikutip TribunTrends dari tayangan YouTube tvOne News, Jumat (19/12/2025).

Ia menegaskan, kasus anak membunuh orang tua bukanlah peristiwa tunggal dan memiliki banyak faktor pemicu.

“Di dalam kasus parisida memang banyak faktor, di antaranya adalah faktor emosional anak, kedua faktor ekonomi, ketiga faktor kurangnya dukungan sosial anak, keempat faktor pengasuhan bermasalah,” jelasnya.

BOCAH BUNUH IBU KANDUNG: Unggahan terakhir di akun ibu asal Medan bernama Faizah Soraya sebelum dibunuh anak kandung yang masih kelas 6 SD ramai dikomentari netizen.
BOCAH BUNUH IBU KANDUNG: Unggahan terakhir di akun ibu asal Medan bernama Faizah Soraya sebelum dibunuh anak kandung yang masih kelas 6 SD ramai dikomentari netizen. (TribunnewsBogor.com/Istimewa)

Bukan Kasus Pertama

Diyah mengungkapkan, KPAI sebelumnya juga pernah menangani kasus serupa di wilayah lain.

Beberapa bulan lalu, terjadi kasus parisida di Jakarta Selatan, yang pelakunya juga merupakan seorang anak.

“KPAI bersama KPAD Labuhan Batu Utara, anak ini ceria, biasa saja.

Jadi kami pernah menangani kasus MAS di Jaksel, kasusnya parisida membunuh bapak dan nenek, hampir sama, anaknya ceria seperti anak lain,” kata Diyah.

Hal ini menunjukkan bahwa pelaku parisida tidak selalu memperlihatkan tanda-tanda gangguan secara kasat mata.

Baca juga: Video Viral! Alham dan Kakak Anak SD 12 Tahun yang Bunuh Ibu di Medan Terekam Santai di Kafe

Bukan Sekadar Membela Kakak

Sebelumnya, beredar informasi bahwa Al nekat menikam sang ibu karena ingin membela kakaknya yang dimarahi korban pada Selasa malam sebelum kejadian.

Namun, hasil penelusuran KPAI mengungkap fakta yang lebih dalam. Motif Al ternyata tidak hanya berhenti pada upaya membela kakaknya.

“Anak ini sebenarnya membela kakaknya, yang mungkin sering diiniin ibunya. Kemudian juga membela ayahnya,” ungkap Diyah.

Menurut informasi yang diperoleh dari KPAD Medan, Al merasa tidak nyaman dengan perilaku sang ibu yang kerap meluapkan amarah kepada anggota keluarga.

“Anak ini merasa tidak nyaman dengan perilaku ibunya yang kadang sering marah-marah kepada kakaknya dan ayahnya, terutama kakaknya,” lanjut Diyah.

Sakit Hati yang Mengendap

Kepada pendamping, Al mengungkapkan bahwa ia menyimpan rasa sakit hati mendalam terhadap ibunya.

“Jadi lebih ke motif utama mungkin dendam atau sakit hati,” ujar Diyah.

Rasa tersebut muncul dari pengakuan Al yang menyebut bahwa ibunya kerap menunjukkan sikap temperamental.

“Iya, informasi yang kami dapatkan juga demikian, si ibu sering temperamen,” imbuh Diyah.

Ledakan Emosi Anak yang Tak Terkelola

KPAI menilai, faktor emosional menjadi pemicu paling dominan dalam tragedi ini. Al disebut belum mampu mengelola emosinya secara matang.

“Emosional ini karena si anak belum bisa meregulasi kondisi emosinya. Mungkin dia semacam protes melihat perilaku ibunya,” kata Diyah.

Dalam kondisi batin yang tertekan, Al berada dalam kebingungan emosional.

“Dia bingung, ‘saya ingin membela tapi saya juga tidak terima dengan kondisi ini’,” pungkasnya.

***

(TribunTrends)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.