Di Tengah Kecam Publik, Gilcans Ternyata Jadi BA Toko HP, Kue hingga Klinik Kecantikan
December 19, 2025 10:52 AM

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Jenderal Louis

AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Jagat maya Kota Ambon tengah diguncang kontroversi akibat ulah rombongan Santa Claus yang dinilai melenceng jauh dari nilai-nilai tradisi Natal.

Nama Gilberth Einstain Gloriano Purmiasa, atau yang lebih akrab disapa Gilcans, mendadak jadi sorotan tajam setelah penampilannya dalam rombongan tersebut dianggap mencoreng kesakralan perayaan keagamaan.

Ironisnya, di tengah derasnya kecaman publik, Gilcans merupakan sosok yang memiliki pengaruh di media sosial. 

Baca juga: Bawa Semangat Pela Gandong, IMM Jadikan Moderasi Beragama untuk Ambon Maju

Baca juga: Kabar Duka, Mantan Bupati SBT, Mukti Keliobas Meninggal Dunia

Berdasarkan penelusuran di akun Instagram pribadinya, @gilcansofficial4, pria yang sempat mengenyam pendidikan di Unpatti tahun 2023 ini ternyata dipercaya menjadi Brand Ambassador (BA) untuk sejumlah brand ternama di Ambon.

Sederet bisnis mentereng tercatat menggunakan jasanya, mulai dari toko kue Cake Star, toko ponsel Gadget World, hingga klinik kecantikan Perfect Beauty Klinik Pratama.

Pemicu amarah warganet bermula saat Gilcans tampil dalam parade Santa Claus dengan mengenakan gaun pengantin wanita lengkap dengan riasan wajah layaknya seorang mempelai perempuan. 

Aksi ini dinilai tidak relevan dan merusak esensi sosok Santa Claus yang seharusnya menjadi teladan bagi anak-anak.

Keresahan publik kian memuncak saat salah satu kru dalam rombongannya tertangkap kamera mengenakan kaos bertuliskan kalimat tak senonoh. 

Rombongan tersebut diketahui merupakan komunitas mandiri dan tidak terafiliasi dengan organisasi kepemudaan Kristen mana pun.

Sebelumnya, kegaduhan ini pun memancing reaksi keras dari pegiat media sosial kenamaan Ambon, Ethen Depay. 

Melalui akun Instagram-nya, Ethen melontarkan kritik pedas dan menyebut aksi grup Gilcans sebagai tindakan yang tak beretika.

Ia memperingatkan masyarakat agar tidak melakukan normalisasi terhadap penyimpangan tradisi yang dibungkus dengan alasan hiburan.

Publik kini mendesak pihak berwenang dan pemuka agama untuk melakukan pengawasan ketat terhadap operasional grup-grup Santa Claus. 

Warga berharap tradisi tahunan ini dikembalikan ke esensinya sebagai media edukasi dan sukacita, bukan ajang pamer perilaku yang bertentangan dengan norma masyarakat. (*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.