TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Komunitas Sultra Island Care (SIC) mendirikan perpustakaan di Desa Wawatu, Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara (Sultra).
SIC merupakan komunitas pemuda yang bergerak di bidang pendidikan, dengan fokus pada pembelajaran baca tulis, berhitung, serta pengenalan teknologi dasar bagi anak-anak dan masyarakat setempat.
Perpustakaan tersebut diberi nama Rumah Panre Dilao, yang diambil dari bahasa Bajo.
Panre berarti pintar, sedangkan Dilao artinya di laut, sehingga Panre Dilao adalah Rumah Pintar di Laut.
Sejak berdiri pada 2020, perpustakaan ini telah memiliki koleksi buku sekitar 6.000 eksemplar.
Koleksi tersebut terdiri atas 3.500 buku bacaan anak, 1.000 buku referensi, serta sekitar 500 buku ilmu pengetahuan seperti manajemen, agama, hukum, dan sosiologi.
Penanggung jawab Perpustakaan Rumah Panre Dilao, Sarmawan Muin, mengatakan pendirian taman baca di Desa Wawatu dilatarbelakangi oleh tingginya angka anak putus sekolah di wilayah tersebut.
Baca juga: Cuaca Sulawesi Tenggara Diprediksi Stabil Selama Libur Sekolah, Tips Liburan Aman Dibagikan BMKG
Menurutnya, perpustakaan menjadi akses pendidikan gratis yang paling efektif untuk mendukung pengembangan masyarakat.
“Berdasarkan data yang kami miliki, pada 2023 terdapat sekitar 50 anak yang putus sekolah dan sebagian di antaranya belum mampu membaca dengan baik,” ujar Sarmawan kepada Tribunnewssultra.com, Jumat (19/12/2025).
Namun, setelah perpustakaan beroperasi dan kegiatan belajar rutin dilakukan setiap pekan, jumlah anak yang tidak melanjutkan pendidikan mulai menurun.
Pada 2025, angka tersebut tercatat berkurang menjadi sekitar 20 anak.
Dampak lain yang terlihat dari pendirian perpustakaan adalah meningkatnya kemampuan literasi anak usia dini.
“Meski sebagian anak belum mengenyam pendidikan formal dan masih berusia sekitar lima tahun, mereka sudah mampu mengenal huruf dan mengeja kata sejak mengikuti kegiatan di perpustakaan,” tuturnya.
Sarmawan menyampaikan Pendirian Rumah Panre Dilao dilakukan melalui kerja sama dengan PT DSSP Power, perusahaan pengembang listrik independen (independent power producer/IPP) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang beroperasi di Moramo.
Baca juga: Pemuda Kendari Buka Kelas Bahasa Inggris Gratis di Muna, Ajar Memanfaatkan Alam Jadi Peluang Ekonomi
Adapun jam operasional perpustakaan dibuka setiap Minggu bersamaan dengan kehadiran relawan SIC untuk kegiatan pengajaran.
Di luar jadwal tersebut, perpustakaan tetap dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan anak usia dini melalui kerja sama dengan PAUD Musdalifah.
Pada hari Senin hingga Sabtu, fasilitas ini digunakan untuk kegiatan belajar PAUD mulai pukul 06.00 hingga 10.00 Wita.
“Pada tahu 2020 sampai 2023 perpustakaan ini sebenarnya kita buka setiap hari, tetapi karena penjaga perpustakaannya sudah menikah jadi tidak lagi dibuka. Kita kasih ke PAUD Musdalifah sebagai tempat belajar untuk Senin-Sabtu,” ujarnya.
Di perpustakaan ini, anak-anak diperbolehkan membawa pulang buku setiap pekan dan mengembalikannya pada pertemuan berikutnya tanpa prosedur administrasi formal.
Pihak pengelola juga tidak memberlakukan sanksi apabila buku mengalami kerusakan atau hilang.
“Masyarakat umum dapat berkunjung ke perpustakaan ini. Kami juga membuka akses peminjaman koleksi bagi komunitas atau kelompok yang ingin mengembangkan taman baca di wilayah lain,” jelasnya.
Desa Wawatu berjarak sekitar 30,3 kilometer dari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara, Kota Kendari, dan dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 53 menit melalui jalur darat.
Wilayah pesisir ini mayoritas dihuni oleh masyarakat suku Bajo yang bermata pencaharian sebagai nelayan. (*)
(TribunnewsSultra.com/Dewi Lestari)