TRIBUNPADANG.COM, AGAM - Banjir bandang yang melanda kawasan Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, mengakibatkan kerusakan masif pada sektor pertanian.
Berdasarkan data sementara Pemerintahan Kabupaten Agam sekitar 2,044 hektare lahan produktif dipastikan gagal panen akibat tertimbun material lumpur dan kayu.
Kerusakan ini berdampak langsung pada kesejahteraan ekonomi warga yang mayoritas berprofesi sebagai petani.
Banjir bandang membuat topografi lahan berubah, sehingga memerlukan biaya pemulihan yang tidak sedikit.
Baca juga: Warga Agam Bisa Bangun Huntara Mandiri di Tanah Kaum, Bupati Benni Sebut Dana Tetap dari Pemerintah
Salah satu warga Salareh Aia bernama Alismardi tampak membersihkan sisa material banjir yang memasuki rumahnya.
Di belakang rumahnya terdapat sawah yang berubah menjadi hamparan batu dan lumpur.
Baca juga: Warga Korban Banjir Bandang Agam Segera Pindah, Huntara di Salareh Aia Rampung 2 Januari 2026
“Sawah saya semua habis dihantam galodo (banjir bandang), bahkan ada yang sudah memasuki masa panen, tapi kini hanya dipenuhi lumpur,” ucapnya saat ditemui, Jumat(19/12/2025).
Ia tak tahu harus memulai dari mana, bencana ini tak hanya menghancurkan rumah, tapi juga memutus urat nadi perekonomian.
Untuk mengolah sawah yang penuh dengan lumpur, batu dan kayu juga membutuhkan waktu yang lama.
“Tak hanya waktu yang lama tapi juga perlu modal besar, sedangkan yang bisa diselamatkan hanya baju yang melekat di badan,” katanya.
Baca juga: Perbaikan Jalan Padang Panjang–Bukittinggi Hanya Sementara Demi Nataru, Permanen Tahun Depan
Sementara itu petani lain bernama Masriadi juga mengeluhkan hal yang sama.
Bukan hanya trauma karena terjangan air, warga kini dirundung pilu mendalam setelah melihat lahan pertanian yang menjadi satu-satunya sumber penghasilan mereka rata dengan lumpur dan batu.
“Banjir kali ini adalah yang terparah yang pernah saya alami, sebelumnya tidak pernah,” jelasnya.
Baca juga: Galodo dan Dosa Pembangunan: Saat Negara Diuji oleh Murka Alam
Ia berharap ada bantuan dari pemerintah baik bibit atau alat pengolahan sawah akibat material banjir bandang.
“Jika ada bantuan alat dan bibit itu masyarakat tentu akan merasa sangat terbantu dan bisa memulai kehidupan bertani lagi,” tutupnya. (TribunPadang.com/Arif Ramanda Kurnia)