Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR – Proses ekshumasi jenazah MMA (12), santri Pondok Pesantren Santri Manjung Wonogiri yang menjadi korban dugaan bullying, berlangsung di Dusun Gondang, Desa Wonorejo, Jatiyoso, Karanganyar, Jumat (19/12/2025).
Namun, momen penting penyelidikan ini tidak dihadiri kedua orangtua korban yang memilih tetap di rumah.
Kedua orangtua MMA, Mino (39) dan Suyatmi (35), tidak hadir dalam proses ekshumasi.
Menurut keterangan kerabat, mereka memilih tetap di rumah karena tidak sanggup menyaksikan pembongkaran makam anaknya.
"Orangtua tidak datang, karena tidak kuat lihat proses ekshumasi, jadi tetap di rumah," ujar kerabat keluarga korban.
Polres Wonogiri melakukan ekshumasi terhadap makam mendiang MMA (12), santri Pondok Pesantren Santri Manjung Wonogiri.
Hal ini dilakukan setelah sembilan santri ditetapkan sebagai pelaku anak dalam dugaan kasus bullying terhadap MMA.
Berdasarkan pantauan TribunSolo.com, proses dimulai sekitar pukul 12.00 WIB oleh Tim Bidokkes Polda Jateng bersama RSUD dr Moewardi Solo.
Ekshumasi merupakan proses pembongkaran makam untuk mengeluarkan kembali jenazah yang sudah dikubur, biasanya dilakukan untuk kepentingan penyelidikan hukum atau medis.
Dalam praktiknya, ekshumasi dilakukan oleh tim forensik atas permintaan penyidik ketika ada dugaan kematian tidak wajar, seperti penganiayaan, pembunuhan, atau kelalaian medis.
Tujuannya adalah untuk melakukan autopsi ulang atau pemeriksaan tambahan agar penyebab kematian bisa dipastikan dengan lebih jelas.
Baca juga: Niat Jenguk, Ayah Santri Justru Temukan sang Anak Tergeletak Tak Sadar di Ponpes Manjung Wonogiri
Di area makam MMA tampak sebuah tenda didirikan untuk menutupi lokasi.
Petugas terlihat mengenakan pakaian hazmat dan penutup kepala medis bedah saat membongkar makam.
Proses ini juga disaksikan oleh Satreskrim Polres Wonogiri serta perwakilan keluarga.
(*)