SURYA.CO.ID, JOMBANG - Penyelidikan untuk mencari lokasi kelahiran Presiden pertama RI, Ir Soekarno atau Bung Karno, terus berlangsung.
Pemerhati sejarah di Kabupaten Jombang mengajukan klaim dan bukti terkait lokasi kelahiran sang proklamator kepada Kementerian Kebudayaan.
Serangkaian dokumen pendukung diserahkan langsung ke Kementerian Kebudayaan, Rabu (17/12/2025) lalu.
Penyerahan dilakukan oleh Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Jombang yang didukung oleh sejumlah pegiat sejarah setempat.
Tidak hanya kajian formal, empat buku yang secara spesifik membahas riwayat hidup Soekarno juga turut dilampirkan untuk memperkaya bahan penelitian. Buku-buku tersebut dianggap memperkuat narasi sejarah versi Jombang.
Anggota TACB Jombang, Arif Yulianto menjelaskan bahwa inisiatif ini bertujuan untuk memberikan pemahaman utuh kepada pemerintah pusat mengenai temuan-temuan sejarah yang mereka miliki. Ia menyebut data yang terkumpul mengarah pada satu kesimpulan tersebut.
"Melalui penyerahan ini, kami berharap pemerintah dapat mengkaji lebih dalam dan objektif mengenai fakta sejarah kelahiran Bung Karno," ucap Arif Yulianto, saat dikonfirmasi SURYA, Jumat (19/12/2025).
Lebih lanjut, ia mengusulkan agar Kementerian Kebudayaan dapat menginisiasi forum bersama yang melibatkan kedua pihak yang selama ini memiliki klaim berbeda, yaitu Jombang dan Surabaya.
Dialog tersebut diharapkan menjadi media untuk menguji dan membandingkan data secara akademis.
Inisiatif Jombang ini mendapat dukungan dari kalangan keluarga. RM Kuswartono, Pembina Situs Persada Soekarno di Kediri dan kerabat Soekarno menyatakan mendukungnya upaya pelurusan sejarah tersebut.
"Kami mendukung penuh setiap langkah untuk mengungkap kebenaran sejarah tentang Bung Karno," ujar Kuswartono.
Kuswartono menyampaikan keyakinannya bahwa pada akhirnya pemerintah akan mengakui fakta sejarah berdasarkan bukti-bukti yang ada.
Ia menegaskan bahwa keyakinan keluarga mengenai kelahiran Soekarno di Ploso bukan tanpa dasar, melainkan didukung oleh sejumlah catatan sejarah yang terus digali.
"Keyakinan kami dibangun di atas dasar bukti, bukan hanya ikatan emosional semata," pungkas Kuswartono. ****