Tribunnewsmaker - Tantangan makan tanpa menggunakan ponsel yang diluncurkan oleh restoran biryani lokal Mr Biryani di India ternyata membawa warna baru bagi sang pendiri bisnis, Govind Rajan. Pria berusia 56 tahun itu merasa bahwa kebiasaan orang menggunakan ponsel saat makan sudah terlalu berlebihan.
Baca juga: Sosok 4 Kepala Dinas di Prabumulih yang Turun Jabatan, Dari Puncak Kekuasaan ke Tantangan Baru
Menurut Govind, ponsel kini telah menjadi bentuk kecanduan bagi hampir semua orang. Banyak orang lebih sibuk menatap layar dibandingkan berbincang dengan orang yang duduk di hadapan mereka. “Setiap detik, tangan selalu meraih ponsel,” ujarnya.
Berangkat dari pemikiran tersebut, ia memutuskan untuk memulai tantangan makan tanpa ponsel selama dua bulan, yang resmi dimulai pada 1 November 2025. Melalui tantangan ini, Govind ingin mengajak pelanggan kembali menikmati momen kebersamaan saat makan.
Restoran Mr Biryani yang berlokasi di 11 Chander Road, Little India, menawarkan diskon 15 persen bagi pelanggan yang bersedia menyimpan ponsel mereka selama menyantap hidangan.
Dalam unggahan media sosialnya, Govind menegaskan aturan tantangan tersebut. Tidak boleh ada aktivitas menggulir layar, tidak ada gangguan dari ponsel, hanya percakapan, cerita, dan sepiring biryani yang dinikmati bersama.
Inisiatif ini mendapat banyak pujian dari warganet yang menilai pesannya positif dan relevan dengan kondisi saat ini. Meski begitu, tidak sedikit pula yang meragukan keberhasilannya. Beberapa orang berpendapat tantangan ini akan sulit bagi pelanggan yang makan sendirian, serta generasi muda khususnya Gen-z yang sangat akrab dengan dunia digital.
Menjelang akhir tantangan pada 31 Desember 2025, Govind mengakui bahwa respons pelanggan cukup beragam. Meski banyak yang mendukung, tidak semua pengunjung merasa siap menjalani makan tanpa ponsel.
Ia menuturkan bahwa sebagian orang tua justru menganggap tantangan ini menyenangkan. Mereka penasaran melihat bagaimana anak-anak mereka bersikap ketika tidak diberi ponsel saat makan. Namun, ada juga orang tua yang menolak karena ingin menikmati makanan dengan tenang sementara anak-anak mereka sibuk bermain ponsel.
Sebagai ayah dari empat anak, Govind memahami dilema tersebut. Menurutnya, ponsel sering dijadikan alat oleh orang tua untuk mengalihkan perhatian anak-anak agar proses makan menjadi lebih mudah.
Walau terkadang merasa sedih melihat kebiasaan itu, Govind menyadari bahwa bagi sebagian orang tua, cara tersebut dianggap sebagai solusi praktis agar bisa menikmati waktu makan dengan tenang.
Meski begitu, selama tantangan berlangsung, Govind menyaksikan beberapa momen yang semakin meyakinkannya akan pentingnya inisiatif ini. Salah satunya adalah saat sebuah keluarga muda dengan dua anak kecil datang ke restorannya.
Pada awalnya, anak-anak terlihat kebingungan karena tidak memegang ponsel. Namun, tak lama kemudian mereka mulai berinteraksi dengan orang tua, bermain bersama, dan menciptakan aktivitas sederhana yang membuat suasana makan menjadi lebih hidup. Pengalaman itu meninggalkan kesan mendalam bagi Govind.
Momen-momen tersebut kemudian menginspirasinya untuk merancang ide lain ke depannya, seperti menyediakan permainan atau teka-teki sederhana agar keluarga dapat berinteraksi dan mempererat hubungan selama makan.
Tantangan ini juga membuat Govind merenungkan kebiasaan pribadinya dalam menggunakan ponsel. Ia mengakui bahwa dirinya pun sempat kecanduan, terutama dalam mengunggah video ke media sosial. Kini, ia mencoba lebih disiplin dengan membatasi waktu penggunaan aplikasi, termasuk menetapkan batas maksimal dua jam sehari untuk TikTok.
Menurutnya, tantangan ini membuatnya lebih sadar akan pentingnya mengendalikan penggunaan ponsel. Ia merasa ketergantungannya kini jauh berkurang.
Govind juga menyampaikan kabar baik bagi pelanggan yang ingin mengikuti tantangan selama musim liburan. Tantangan makan tanpa ponsel tetap berlaku, bahkan pada hari libur nasional, termasuk Natal.
Ia berharap, di tengah suasana perayaan akhir tahun, para pelanggan bisa benar-benar hadir dan terhubung dengan orang-orang di sekitar mereka, baik keluarga maupun teman.
“Biarkan kebersamaan terasa lebih nikmat,” tutupnya.
Tribunnewsmaker | Stomp.sg | Aleyda Salsa Sabillawati