TRIBUNTRENDS.COM - Sudah enam hari telah berlalu, misteri di balik pembunuhan seorang anak berinisial MAHM, berusia 9 tahun, masih belum terungkap.
MAHM ditemukan tewas di rumahnya yang berada di Perumahan Bukit Baja Sejahtera (BBS) III, Blok C5 Nomor 8, Ciwaduk, Kota Cilegon, Provinsi Banten, pada Selasa (16/12/2025).
Tubuh bocah tersebut mengenaskan, dengan 22 luka tusukan di sekujur tubuhnya.
Korban adalah murid kelas IV SD Islam Al Azhar 40 Cilegon dan putra dari Dewan Pakar PKS Kota Cilegon, Maman Suherman.
Hingga hari ini, Minggu (21/12/2025), siapa pelaku pembunuhan itu dan apa motifnya masih menjadi misteri.
Awalnya, polisi menduga bocah berprestasi ini menjadi korban perampokan.
Namun, belakangan polisi memastikan bahwa tidak ada barang yang hilang dari rumah mewah tersebut.
Baca juga: Baju Berlumur Darah Saksi Bisu, Maman Suherman Gendong Anak yang Dibunuh, Tak Kuat Mandikan Jenazah
Dirangkum Tribunnews.com berikut sejumlah kejanggalan dari kasus pembunuhan itu.
Kasi Humas Polres Cilegon AKP Sigit Dermawan mengatakan rumah besar itu tidak memiliki satpam pribadi.
Petugas keamanan di kompleks perumahan itu bernama Sukir mengatakan ada dua asisten rumah tangga (ART) yang bekerja di rumah Maman Suherman.
Dua ART itu pulang sebelum kejadian.
"Ada dua pembantunya (ART). Pembantunya ada yang pulang jam 11.00 (WIB). Dan katanya ada satunya lagi (ART) pulang sekitar jam 2 (14.00 WIB)," ujar Sukir dikutip dari video Kompas.TV.
Awal mula terungkapnya kasus pembunuhan ini saat sekitar pukul 14.20 WIB , ayah korban yakni Maman Suherman menerima telepon dari anak keduanya bernama D.
Dia terdengar panik dan meminta pertolongan.
Mendapat kabar tersebut, MS yang saat itu berada di tempat kerjanya langsung pulang ke rumah.
Tiba di rumah dan membuka pintu, Haji Maman demikian dia disapa, mendapati anaknya dalam kondisi tengkurap dengan luka serius dan pendarahan hebat.
"Saat kejadian hanya 2 orang (di rumah itu) yakni korban adiknya dan kakaknya," kata Kapolres Cilegon, AKBP Marua Raja Silitonga.
Ibu dan ayahnya saat itu berada di luar rumah karena sama-sama bekerja.
Kasi Humas Polres Cilegon AKP Sigit Dermawan mengakui CCTV di rumah mati saat kasus pembunuhan terjadi.
"Iya kita akan mencari CCTV ya. Kemarin tuh menurut informasi 2 minggu itu CCTV rusak," beber AKP Sigit Dermawan.
Polisi akan mengecek rekaman CCTV milik tetangga rumah mewah tersebut untuk mencari petunjuk.
Sigit mengatakan pihaknya juga terus memeriksa sejumlah saksi untuk nantinya bisa membongkar kasus tewasnya bocah tersebut.
"Untuk saksi ya yang saat ini, hari ini, yang sudah dimintai keterangannya oleh Polres Cilegon sebanyak 7 saksi. Itu dari pihak keluarga dan pihak lain ya," tuturnya.
AKP Sigit Dermawan mengatakan dari hasil olah TKP, polisi tidak menemukan adanya barang yang hilang di rumah itu.
Sigit mengatakan pihak kepolisian belum bisa menyimpulkan peristiwa yang merenggut nyawa korban akibat perampokan atau bukan.
Komisaris Jenderal Purnawirawan Polisi Susno Duadji, Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, menjawab soal tidak ada barang yang hilang dari rumah itu.
"Kalau pencurian kepergok bisa beralibi membunuh. Nah ini sasarannya ingin ciderai anak dan keluarga yang lain. Si pelaku tidak langsung ujuk-ujuk langsung berbuat pasti sudah mengintai rumah dan siapa sasarannya sudah dipantau," kata Susno.
Baca juga: Picu Tragedi Berdarah? 4 Orang Dipecat Politisi PKS, Keberadaan ART saat Anak Maman Suherman Dibunuh
Menurut laporan Kompas.TV, pembunuhan itu terjadi saat hujan deras di kompleks perumahan itu.
Guru Besar Kriminologi Universitas Indonesia Prof. Adrianus Meliala, menyatakan bisa saja pelaku berniat melakukan perampokan namun aksinya diketahui korban yang berada di rumah.
Kata dia pelaku bisa saja merupakan orang dekat seperti asisten rumah tangga, satpam, atau tamu yang tidak termonitor.
Adrianus Meliala kurang setuju dengan narasi adanya motif politik lantaran ayah korban menduduki jabatan yang tidak vital.
Meski tak ada rekaman CCTV, pelaku dapat dilacak melalui DNA yang tertinggal seperti rambut atau bekas kuku.
Kapolres Cilegon AKBP Marua Raja Silitonga polisi masih terus mendalami kasus itu.
Staf Ahli Kapolri Hermawan Sulistyo mengatakan polisi harus memeriksa semua orang yang berhubungan dengan keluarga korban.
Mulai dari lingkungan pekerjaan orang tua, teman-teman korban, ART, satpam, dan sebagainya.
"Kejahatan tidak boleh ada orang yang dikecualikan dari sangkaan. Jadi kalau dugaan pembunuhaan dari keluarga, dari 4 orang yang dipecat oleh bapaknya almarhum, semua tidak boleh ada yag dikecualikan dari dugaan sebagai pelaku," kata Hermawan Sulistyo dikutip dari TribunNewsmaker.com
Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel menduga korban bukan target utama pelaku.
MAHM diduga kuat hanya merupakan pengganti bagi pelaku untuk menyasar target lainnya, misal orang tua korban.
"Boleh jadi pelaku mengincar pihak lain yang punya keterkaitan dengan korban, misal orang tua korban," kata Reza, dikutip dari YouTube KompasTV, Sabtu (20/12/2025).
Serangan itu, lanjut Reza, dilakukan sebab pelaku merasa tak mungkin menargetkan orang tua korban secara frontal.
(TribunTrends/Tribunnews)