Obor Pemuda GMIM, Renungan 21 Desember 2025, Lukas 1:46-56, Rahmat Tuhan Turun Temurun
December 21, 2025 04:22 PM

TRIBUNMANADO.CO.ID - Obor pemuda GMIM, renungan Minggu 21 Desember 2025.

Pembacaan alkitab terdapat pada Lukas 1:46-56.

Tema perenungan adalah Rahmat Tuhan Turun Temurun Atas Orang-orang yang Takut akan Dia.

Khotbah:

Kita memasuki minggu adven terakhir, sekaligus memasuki perayaan Natal yang kita rindukan dan nantikan.

Ini bukan sekadar sebuah hitungan mundur menuju hari sukacita, melainkan sebuah penantian yang aktif, dimana kita merenungkan bagaimana kedaulatan Allah bergerak dalam sejarah. 

Kali ini, fokus kita tertuju pada seorang gadis bernama Maria, dan kidung pujiannya yang monumental, Magnificat.

Disebut Magnificat menurut kata latin yang berarti “memuliakan”, merupakan kidung atau himne yang dinyanyikan Maria sebagai ungkapan sukacita dan penghormatan kepada Tuhan atas rahmat besar yang diberikan kepadanya, yaitu mengandung Yesus sebagai Juruselamat. 

Bayangkan momen itu. Maria, seorang gadis tak terkenal dari Nazaret, sebuah kota yang bahkan diremehkan oleh orang Yahudi sendiri.

Tiba-tiba, ia berdiri di persimpangan sejarah. Panggilan untuk menjadi ibu dari Sang Mesias bukanlah hasil dari lomba atau persaingan di antara perempuan saat itu.

Namun itu adalah tindakan anugerah sepenuhnya (Sola Gratia) yang murni.

Ketika malaikat Gabriel menyapanya dengan sebutan “yang dikaruniai” (1:28), Maria terkejut. Dia tahu betul dirinya adalah seorang hamba perempuan, orang yang tidak punya hak, merasa rendah di mata masyarakat. Inilah sentuhan Reformed yang pertama: Pemilihan adalah hak prerogatif Allah.

Bukan karena Maria suci tanpa cela, tetapi karena Allah yang Kudus memilih bejana yang rendah hati untuk menempatkan Kristus di dalamnya (ayat 48). 

Di ayat 50, Maria menyanyikan intisari dari Teologi Perjanjian Lama dan masa depan Injil: “Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.”

Rahmat (Hesed kasih setia perjanjian) bukanlah sekadar kebaikan emosional dari Allah, melainkan sebuah tindakan yang berdasar pada kedaulatan-Nya yang mutlak. Kedaulatan ini tidak pasif, melainkan revolusioner.

Maria melihat bahwa kedatangan Kristus adalah saat di mana Allah menunaikan janji-janji-Nya dengan cara yang terbalik dari logika dunia:

Orang congkak dicerai-beraikan (ayat 51): Siapa yang meninggikan dirinya (kesombongan intelektual, kekayaan, atau jabatan), akan dirobohkan oleh kuasa Allah.

Kedaulatan Allah tidak mentolerir keangkuhan manusia.

Orang rendah ditinggikan (ayat 52): Mereka yang tidak dianggap, yang mengakui keterbatasan dan kefanaan mereka seperti halnya Maria justru Inilah yang kita sebut “hukum yang terbalik.”

Kedatangan Tuhan merombak pandangan dan aturan manusia yang fana.

Bagi kita pemuda gereja, kita hidup di tengah budaya dan realita yang memuja kesuksesan, flexing, dan pengakuan diri.

Maria mengingatkan kita bahwa di mata Allah, yang terpenting bukanlah apa yang kita capai dengan kekuatan kita, melainkan bagaimana kita merespons rancangan Tuhan untuk kita dengan kerendahan hati.

Pemuda GMIM dipanggil untuk menjadi kaum yang rendah hati di hadapan Allah yang Mahatinggi.

Jika pemilihan adalah anugerah, maka respons Maria adalah Iman dan Ketaatan. Ketika malaikat memberinya tugas yang mustahil, berisiko aib dan kematian, Maria tidak lari.

Dia tidak menuntut penjelasan teologis yang lengkap. Dia hanya berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (ayat 38).

Ini adalah ekspresi ketaatan yang paling murni, yang diabadikan dalam teologi kita sebagai buah dari iman yang sejati.

Ketaatan Maria menunjukkan bahwa takut akan Tuhan berarti bersedia melepaskan kendali atas hidup kita dan menyerahkannya pada kehendak-Nya meskipun jalan itu penuh risiko. 

Pemuda-pemudi gereja juga sebenarnya adalah mata rantai dalam rahmat yang turun-temurun ini.

Di masa Adven dan perayaan Natal Yesus Kristus ini, marilah kita meneladani Maria dalam dua hal pertama, akui bahwa seluruh hidup dan rencana Anda berada dalam kendali tangan Allah yang berdaulat. 

Kedua, jawablah panggilan-Nya dengan ketaatan seorang hamba (seperti Maria), di tengah tantangan akademis, karir, atau pelayanan. Sesungguhnya, rahmat dan anugerah Tuhan telah mengalir kepada kita melalui Kristus.

Tugas kita adalah menghidupinya dengan ketaatan yang rendah hati, sehingga rahmat yang revolusioner itu terus mengalir, turun-temurun, hingga Kristus datang kembali. Amin.

Sumber: sobatobor.com

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.