TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Ujilah kesejatiaan pertemanan dan kemuliaan kenangan kala sahabatmu telah tiada.
Menghadiri takziyah atau haul peringatan kematiannya satu cara.
Ujian itu terkonfirmasi di Masjid Pondok Pesantren Tahfidzul Quran Al Imam Ashim, Manggala, timur Makassar, Sabtu (19/12/2025) malam.
Sekitar 100-an sahabat Haji Muhammad Tonang MAg (1974-2024), datang dengan takzim.
Bersama kerabat, sekitar 160-an santri huffadz, mereka mengenang wafatnya Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama Sulsel 2023-2024.
Kenangan itu dihajatkan dalam Haul-1 Haji Muhammad Tonang. Tauziyah, Yasinan, dan Tahlilan jadi agenda utama.
Haul adalah tradisi ormas Nahdlatul Ulama (NU) untuk mengenang wafatnya seotang kiai pondok, tokoh agama, atau sosok berpengaruh.
Saat meninggal, Tonang baru 9 bulan menjabat Kakanwil Kemenag Sulsel, dan 6 bulan sebagai Naib Am (Sekretaris Umum) Tanfidiyah PW NU Sulsel.
Hajat Haul itu bertepatan 1 Rajab 1447 Hijriyah, dalam penanggalan Islam.
Inisiator haul 1 ini adalah lembaga yang pernah dipimpin almarhum Tonang, Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda (PW GP) Anshor Sulsel (2016-2021).
"Ini bukti kami masih mengenang almarhum dan nilai-nilai perjuamgannya di NU," ujar HM Rusdi Idrus Ketua PW GP Anshor Sulsel, saat membuka hajatan ala santri dan pesantren itu.
Sebagian besar hadirin memang dari GP Anshor, pengurus dan sahabat dari ikatan alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sulsel.
Tonang meninggal Kamis, 19 Desember 2024, di Atria Serpong Hotel, Tangerang, Banten.
Tonang meninggal saat jadi peserta Evaluasi Capaian Kinerja Kanwil Provinsi Kementerian Agama se-Indonesia.
"Sekitar jam 09.05 WITA, atau 10 menit sebelum dilaporkan meninggal, almarhum masih WA saya yang dalam perjalanan ke Takalar," ujar Kepala Kantor Wilayah Kementerian Haji dan Umrah Sulsel HM Iqbal Ismail (53), saat didaulat memberi sambutan kenangan, Sabtu malam.
Kala itu, Iqbal masih menjabat Kepala Bidang Pembinaan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Sulsel.
Sesepuh PMII Sulsel sekaligus mantan Staf ahli Kemenag Sulsel, M Bachtiar MA Saleh (57), juga menyimpan banyak kenangan di akhir hayat Tonang.
Dikisahkan, Rabu (18/12/2024) malam harinya, Tonang mengabari "Alhamdulillah, kemenag Sulsel mendapat penghargaan kanwil berkinerja terbaik tahun 2024 dari 33 kanwil."
Kabar itu, lanjut Bachtiar, langsung disebar ke sejumlah sahabat, dan group WA cyrcel NU, Ansor dan PMII.
Acara yang dihadiri Tonang jadi ajang evaluasi dan penilaian tahunan. Penyelenggaranya
Biro Organisasi dan Tata Laksana serta Biro Perencanaan dan Penganggaran Kemenag RI.
Hasil evaluasi itu selanjutnya jadi rujukan kementerian untuk mengalokasikan prioritas program, anggaran, dan insentif bagi lembaga di lingkup Kemenag.
Bachtiar mengenang, Minggu (15/12/2024), sekitar 10 jam sebelum
Tonang terbang "menjemput ajalnya" di Tangerang, mereka masih sempat ngopi silaturahim.
Malam itu, Tonang berpenampilan rapi jali. Berjas, berkemeja, bersarung, dan berkopiah Indonesia.
Padahal, jelasnya, Tonang sejak dia kenalan saat mahasiswa itu, selalu tampil apa adanya.
Bagi Tonang, lanjut Bachtiar, pakaian hanya pelengkap silaturahim. Intinya adalah bersalaman, bertegur sapa, dan diskusi.
"Tapi malam itu, dia tampil rapi penuh. Tatapannya tajam, bicaranya tetap santun, dan selalu jadi pendengar baik."
Malam itu, Tonang mengajak seniornya silaturahim ke kediaman Ketua PMII Sulsel pertama, Prof Dr KH M Kadir Ahmad MA di Kompleks Perumahan Dosen UMI, Racing Center.
Di rumah guru besar UIN itu, Tonang dan Bachtiar datang tanpa hajat. "Hajatnya ya murni silaturahim, dan itulah silaturahim terakhir kami, ternyata." ujar Bachtiar dengan bola mata berkaca-kaca.
Di bagian lain kenangannya, Tiar mengisahkan, ajal sudah menemani Tonang lebih dekat saat istrinnya, Hj Nurlina (49) mengirim pesan WA.
Selasa (17/12/2025) malam, Wakasek Kurikulum di SMA 8 Makassar itu, bertanya ke suaminya;
"Kapanki balik. (ke Makassar)?"
Tonang menjawab, "tidak balik ma.."!
Dan jawaban Tonang ke ibu tiga anak itu, bukan kelakar.
Sehari setelahnya, jiwa dan nyawa Tonang sungguh tak kembali lagi ke Makassar.
Istri hanya menjemput dan menemukan raga belaka di bandara.
Dalam tauziyah singkatnya, sebelum Yasinan, pimpinan ponpes Tahfidzul Quran Al Imam Ashim Makassar KH Syam Amir Yunus (48), juga mengenang Tonang sebagai sahabat dengan kepedulian nyata.
Banyak, atensi, aksebilitas dan bantuan tokoh dan masyarakat ke pondok, karena Tonang.
"Almarhum terakhir ke pondok ini saat wisuda, sebulan sebelum meninggal. " ujar KH Syam Amir yang juga Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Jamiyatul Qurra Wal Huffadz (JQH) NU Sulsel.
Keakraban mereka terbangun saat masih di pondok. Saat nyantri di Pondok Pesantren Al Junaidiyah Biru, Watampone, Tonang seangkatan dengan istri KH Syam Amir.
"Mereka satu kelas di Ponpes Biru," katanya.
Zainuddin Endi MAg (52), dan Dr Zulhasary Mustqfa MAg (51), teman sekelas Tonang di Ponpes Biru, juga lebih banyak mengenang almarhum
dengan takzim dan linangan air mata.
"Kita memang baru sadar, kita mencari kehilangan saat sahabat itu telah tiada." (thamzil thahir)