Cerita Warga Huntara Kapalo Koto Menyiapkan Mandoa di Tengah Pemulihan Bencana
December 21, 2025 11:27 PM

TRIBUNPADANG.COM- Di balik dinding asbes dan lantai papan hunian sementara (huntara) di Kelurahan Kapalo Koto, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Minggu (21/12/2025), kehidupan berjalan dengan caranya sendiri. 

Bukan dengan kemewahan, tetapi dengan kebersamaan yang dirawat perlahan.

Sore itu, aroma gulai nangka mengepul dari salah satu bangunan huntara. 

Wangi masakan sederhana itu menyusup di sela-sela aktivitas warga, mengalahkan letih dan sisa-sisa cemas yang masih tertinggal pascabencana. 

Baca juga: Penghuni Huntara di Batu Busuak Padang Adakan Mandoa, Berharap Diberi Keselamatan

Gulai nangka dimasak bukan sekadar untuk mengisi perut, melainkan sebagai bagian dari persiapan mandoa—doa bersama yang akan digelar malam harinya.

Warga Berbagi Peran

Di dalam huntara, warga berbagi peran. 

Ada yang menanak nasi, menggoreng ikan, dan ada pula yang tekun mengaduk gulai agar matang merata. 

Weri, salah seorang warga, sibuk di depan kuali besar. 

MASAK- Penghuni huntara di Batu Busuk memasak gulai nangka di hunian sementara, Kelurahan Kapalo Koto, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Minggu (21/12/2025). Warga masak bersama untuk kegiatan 'mandoa', agar dihindarkan dari musibah bencana.
MASAK- Penghuni huntara di Batu Busuk memasak gulai nangka di hunian sementara, Kelurahan Kapalo Koto, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Minggu (21/12/2025). Warga masak bersama untuk kegiatan 'mandoa', agar dihindarkan dari musibah bencana. (TribunPadang.com/Muhammad Iqbal)

Tangannya tak berhenti mengaduk gulai.

Menurut Weri, mandoa hanya diikuti oleh penghuni huntara. 

Tidak ada undangan keluar, kecuali pemuka agama yang memimpin doa. 

Sekitar 40 orang akan berkumpul malam ini dalam satu ruang, menyatukan harap yang sama.

“Kami masak bersama untuk mandoa malam ini,” ujar Weri singkat, sembari memastikan bumbu tercampur rata.

Ada Doa dan Harapan di Balik Masakan

Di sudut lain bangunan, Asna duduk di kursi plastik, menggoreng sala lauak. 

Satu per satu gorengan ditiriskan, hingga wadah di samping kirinya penuh.

Asna menyebut masakan itu bukan sekadar hidangan. 

Di baliknya ada doa agar mereka diberi keselamatan selama tinggal di huntara dan dijauhkan dari bencana. 

Kebersamaan itu terasa semakin lengkap ketika anak-anak berlarian di atas lantai papan.

Mereka bermain mobil-mobilan, tertawa, dan saling memanggil nama.

Huntara dengan rangka kayu dan dinding triplek itu menjadi arena kecil tempat mereka melupakan sejenak apa yang telah terjadi.

Bangunan semi permanen itu memang jauh dari kata nyaman. 

Namun, di dalamnya tumbuh rasa saling menguatkan. 

KONDISI HUNTARA- Suasana di hunian sementara (huntara) Kelurahan Kapalo Koto, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Minggu (21/12/2025). Warga menyebut sebanyak 10 kepala keluarga sudah tinggal di dua bangunan huntara, Kapalo Koto, Kota Padang.
KONDISI HUNTARA- Suasana di hunian sementara (huntara) Kelurahan Kapalo Koto, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Minggu (21/12/2025). Warga menyebut sebanyak 10 kepala keluarga sudah tinggal di dua bangunan huntara, Kapalo Koto, Kota Padang. (TribunPadang.com/Muhammad Iqbal)

Sudah 20 Hari Huni Huntara

Warga Kelurahan Kapalo Koto sudah menetap sekitar 20 hari di hunian sementara (huntara) setelah dihantam banjir bandang.

Diketahui, banjir bandang terjadi dua kali di kawasan Batu Busuak, Kelurahan Lambuang Bukit. 

Tak hanya itu, banjir bandang juga sampai di Kelurahan Kapalo Koto, pada Kamis (27/11/2025) lalu.

Pasca kejadian kedua pada Kamis itu, seminggu setelahnya, huntara disediakan oleh pemerintah sebanyak dua bangunan.

Sudah Diisi 10 Keluarga

Satu bangunan huntara terdiri dari lima kamar. 

Bangunan terbuat dari kayu dan papan lapis alias triplek. 

Sesuai peruntukkannya huntara dibuat sederhana semi permanen.

Tiangnya dari balok kayu.

Lantainya terbuat dari papan.

Walau sederhana, huntara ini jauh lebih layak ditinggali dari tenda pengungsian

Sampai sekarang, total yang tinggal di huntara tersebut berjumlah 10 kartu keluarga.

Tak Jauh dari Aliran Sungai

Lokasi huntara hanya beberapa meter dari aliran banjir bandang, di Kapalo Koto, namun lebih aman dengan posisi mengarah ke arah perbukitan.

Untuk menuju ke lokasi huntara, bisa mengikuti jalan kecil beraspal sebelum jembatan antara perbatasan Kelurahan Kapalo Koto dengan Kelurahan Lambung Bukit di kawasan Batu Busuak.

Setelah SMPN 44 Padang, sekitar setengah kilo ke depan, terdapat jalan di sebelah kanan.

Dari simpang jalan tersebut, sekitar 3 menit sudah sampai di lokasi huntara.

Posisinya berada di sebelah kiri, dari jalan tampak bangunan huntara. 

Posisinya menurun, hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki.

Salah satu warga yang tinggal di sana bernama Endra Wati mengatakan sudah tinggal di sana seminggu setelah banjir bandang pada Kamis (27/11/2025) lalu.

"Sudah tinggal di sini semingggu setelah bencana," ungkapnya saat ditemui di dalam huntara, Minggu (21/12/2025).

Ia menjelaskan, dua huntara yang dibangun terdapat sebanyak 10 kamar, dengan lima kamar masing-masing.

"Ada 10 kartu keluarga juga yang tinggal di sini, dan ada 10 kamar," jelasnya.

"Kalau jiwanya, sekitar 40 orang," sambugnya.

Rasakan Kebersamaan di Huntara

Endra Wati mengaku di huntara ia bisa merasakan kebersamaan dengan warga atau korban bencana lainnya.

Mulai dari tidur, makan, berkegiatan dan hal lainnya secara bersama.

"Di sini lain juga enaknya, makan sama-sama dan tidur sama-sama," ujarnya sembari tersenyum.

"Sedangkan dukanya, tak ada yang seenak di rumah sendiri. Namun kebutuhan di sini lengkap, tidak kekurangan," tambahnya.

Senada dengan Wati, Asna juga mengungkapkan hal yang sama. 

Ia sudah tinggal di sana selama 20 hari pasca bencana.

Meski begitu, ia merasa senang dan nyaman tinggal di huntara, karena bisa bersama-sama dengan keluarga serts masyarakat lainnya.

"Senang, kadang masak bersama, bercerita bersama. Di sini juga bisa ke ladang, lokasinya di samping ini," pungkasnya.

Berharap ada Bangunan Permanen

Meski nyaman tinggal di huntara, ia berharap bisa mendapatkan hunian tetap oleh pemerintah.

"Tentunya ingin berharap adanya rumah tetap, ngak mungkin tinggal di sini selamanya," tuturnya.

Sementara itu, pantauan TribunPadang.com di lapangan sekira pukul 16:01 WIB, masyarakat yang menghuni huntara tampak memasak dan ada yang duduk-duduk bersama.

Mereka menyambut TribunPadang.com dengan ramah dan mempersilahkan memasuki huntara.

Sembari menyiapkan makanan, mereka juga terbuka saat dimintai keterangan, mulai dari Endra Wati, Asna dan masyarakat lainnya.

Anak-anak di sana juga terlihat bahagia, meski di tengah kondisi bencana, mereka terlihat bermain mobil-mobilan bersama teman sepantarannya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.