Sosok Pakar Psikologi yang Sebut Anak Maman Suherman Politisi PKS Cilegon Bukan Target Utama
December 21, 2025 11:32 PM

 

SURYA.co.id - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel mengungkapkan sejumlah analisis terkait meninggalnya MAHM (9), anak dari Dewan Pakar PKS Kota Cilegon, Banten, Maman Suherman.

Ia menilai terdapat kemungkinan bahwa korban bukan sasaran utama dalam peristiwa tersebut.

Reza menyebut, dari sudut pandang psikologi forensik, pola kejahatan semacam ini kerap melibatkan target tidak langsung sebagai bentuk tekanan atau pesan kepada pihak lain yang lebih strategis.

Korban Diduga Bukan Target Utama Pelaku

Reza menduga kuat bahwa MAHM hanya dijadikan sasaran pengganti oleh pelaku. Menurutnya, target sebenarnya bisa saja adalah orang tua korban atau pihak lain yang memiliki keterkaitan langsung.

"Boleh jadi pelaku mengincar pihak lain yang punya keterkaitan dengan korban, misal orang tua korban," kata Reza, dikutip dari YouTube KompasTV, Sabtu (20/12/2025).

Ia menjelaskan, pelaku kemungkinan menilai bahwa melakukan serangan langsung terhadap target utama terlalu berisiko, sehingga memilih jalan tidak langsung.

"Namun, karena tidak mungkin melakukan serangan secara frontal kepada orang tua korban, maka korban dijadikan objek pengganti atau substitusi," imbuh dia.

PEMBUNUHAN - (kiri ke kanan) Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel, saat diwawancarai di Kantor MUI Pusat, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (8/5/2023). 
Polisi melakukan olah tempat kejadian perkara penemuan bocah dengan luka tusuk di sebuah rumah mewah di Permukaan BBS 3, Kota Cilegon, Banten, Selasa (16/12/2025).
PEMBUNUHAN - (kiri ke kanan) Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel, saat diwawancarai di Kantor MUI Pusat, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (8/5/2023). Polisi melakukan olah tempat kejadian perkara penemuan bocah dengan luka tusuk di sebuah rumah mewah di Permukaan BBS 3, Kota Cilegon, Banten, Selasa (16/12/2025). (kompas.com/Xena Olivia)

Motif dan Tindakan Pelaku Bisa Tak Sejalan

Lebih lanjut, Reza menilai tidak tertutup kemungkinan bahwa pelaku tidak sepenuhnya menjadikan korban sebagai sasaran yang direncanakan sejak awal.

Ia menekankan bahwa motif dan perilaku pelaku kejahatan tidak selalu berjalan searah.

"Boleh jadi orang yang menghabisi korban, tidak sungguh-sungguh menjadikan korban sebagai target aslinya," jelas Reza.

"Antara perilaku dan motif belum tentu linear, karena belum tentu orang yang menghabisi korban adalah orang yang sungguh-sungguh punya kepentingan bagi meninggalnya korban," tutur dia.

Baca juga: Jejak Kebaikan Anak Maman Suherman Politisi PKS Cilegon, Terungkap dari Isi Lokernya di Sekolah

Reza juga menguraikan alasan mengapa anak-anak kerap dijadikan korban substitusi dalam tindak kejahatan.

Menurutnya, secara perhitungan risiko, anak berada dalam posisi yang paling rentan.

"Kenapa korban yang saat ini dijadikan sebagai subtitusi? Karena hitung-hitungan di atas kertas, anak-anak memang termasuk dalam kelompok yang rentan menjadi korban kejahatan," urai Reza.

"(Mereka) lemah secara fisik, lemah secara psikis, dan juga mungkin lemah secara sosial," imbuhnya.

Terkait kemungkinan keterlibatan orang dekat keluarga, Reza menilai pelaku diduga memahami kondisi rumah korban. Ia bahkan menyebut adanya peluang bahwa pelaku memiliki akses langsung ke dalam rumah.

"Tentu harus (diketahui dari) pemeriksaan oleh pohak kepolisian (apakah pelaku orang dekat)" katanya.

"Tapi, saya membayangan pelaku ready access ke rumah tersebut, kemudian bisa memperkirakan kondisi rumah tersebut, mungkin anak sendirian saja, tidak dijaga."

"Kemungkinan memang dilakukan oleh orang yang sudah mengenal kondisi atau situasi rumah dan keluarga pemilik rumah tersebut," pungkasnya.

Reza Indragiri. Reza Yakin Bukti Chat Para Terpidana Kasus Vina Cirebon 2016 Cuma Rekayasa.
Reza Indragiri. Reza Yakin Bukti Chat Para Terpidana Kasus Vina Cirebon 2016 Cuma Rekayasa. (Tribunnews)

Sosok Reza Indragiri

Melansir dari Tribunnewswiki, Reza Indragiri Amriel adalah ahli psikologi forensik asal Jakarta, Indonesia.

Nama Reza Indragiri sudah cukup dikenal masyarakat tanah air karena kerap muncul di televisi sebagai pakar psikologi forensik.

Baca juga: Motif Pelaku Pembunuhan Anak Maman Suherman Politisi PKS Cilegon Disorot, Susno Duadji: Dendam Besar

Selain itu, Reza Indragiri juga berhasil menyandang predikat sebagai orang Indonesia pertama yang meraih gelar Master Psikologi Forensik.

Reza sendiri tercatat aktif berkarier sebagai seorang dosen dan juga sebagai anggota Pusat Kajian Assessment Pemasyarakatan POLTEKIP Kementerian Hukum dan HAM.

Reza Indragiri Amriel lahir di Jakarta pada tanggal 19 Desember 1974.

Reza Indragiri mengenyam pendidikan di Universitas Gadjah Mada (UGM).

Ia kuliah di sana dengan masuk Fakultas Psikologi dan lulus pada tahun 1998.

Selain itu, Reza juga berhasil lulus dari studi S-2 di The University of Melbourne.

Ia sendiri memiliki nama lengkap Dr. Reza Indragiri Amriel, ForPsych.

Reza Indragiri Amriel mengawali kariernya sebagai seorang dosen di Universitas Islam Negeri Jakarta.

Ia juga sempat menjadi dosen untuk Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).

Seiring berjalannya waktu, Reza kemudian dikenal sebagai ahli psikologi forensik.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.