TRIBUN-TAKALAR.COM, PATTALLASSANG - Suasana apel gabungan di Lapangan Upacara Kantor Bupati Takalar, Jl Jenderal Sudirman No 26. Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Takalar, Sulsel, Senin (22/12/2025) pagi.
Bupati Takalar, Mohammad Firdaus Daeng Manye, meluapkan kekecewaannya di hadapan ratusan ASN berpakaian PDH Khaki.
Baru saja berdiri di podium, Daeng Manye langsung menyoroti tumpukan mobil dinas rusak yang dibiarkan berjejer selama bertahun-tahun di lingkungan kantor bupati. Ia mempertanyakan kepekaan para bawahannya terhadap estetika dan aset negara.
"Di mana otak kita itu? Mobil rusak saya tanya sudah berapa puluh tahun? Ada yang jawab sudah 5 tahun, 4 tahun hanya dibiarkan begitu saja," tegas Daeng Manye dengan nada tinggi.
Ia merasa heran karena mobil-mobil rongsok tersebut dibiarkan memenuhi area kantor, sementara mobil bagus para pejabat justru diparkir tidak beraturan atau "keleleran" di tempat yang tidak jelas.
Menurut Daeng Manye, hal ini menunjukkan ketiadaan logika dan rasa tanggung jawab dari para pejabat yang setiap hari melintasi tumpukan mobil rusak tersebut namun memilih tutup mata.
Bupati yang baru saja meninjau beberapa titik di kantornya ini mengaku pemandangan tersebut sangat tidak elok dipandang oleh mata masyarakat yang datang berkunjung.
"Setelah saya pindah dari sebelah ke sini, wah, begini ternyata kehidupan di kantor bupati setiap hari. Tidak ada rasa tanggung jawab," sindirnya dengan pedas.
Tak hanya soal sampah besi, Daeng Manye langsung mengeluarkan titah keras untuk menata ulang seluruh area parkir di jantung pemerintahan Kabupaten Takalar tersebut.
Ia memerintahkan agar mobil pribadinya, mobil Wakil Bupati, mobil Sekda, hingga mobil para Kepala Dinas dipindahkan ke area belakang kantor.
"Di depan tidak boleh ada parkir! Di sepanjang jalan ini juga tidak boleh. Saya sudah minta buatkan garis, jangan ada yang berani melewati garis itu," perintahnya tegas.
Daeng Manye juga mendetailkan cara parkir yang rapi, yakni posisi kepala mobil harus seragam menghadap ke arah tertentu agar tercipta keteraturan visual.
Baginya, urusan parkir dan kebersihan adalah hal kecil yang seharusnya bisa diselesaikan oleh pejabat tingkat bawah tanpa harus menunggu instruksi langsung dari seorang Bupati.
"Ini masalah kepedulian. Harusnya tidak perlu Bupati yang turun tangan. Banyak pejabat di bawah bupati yang bisa mengatur urusan sekecil ini," tambahnya.
Memasuki inti amanat, Daeng Manye mengingatkan kembali marwah ASN sebagai Aparatur Sipil Negara yang tugas utamanya adalah melayani, bukan dilayani.
Ia menyoroti kinerja ASN yang dinilai sangat malas, dengan memberikan contoh jam kerja yang tidak beraturan mulai dari datang terlambat hingga pulang lebih awal.
"Bagaimana mau melayani kalau jam 9 baru datang, jam 11 sudah pulang makan siang, jam 2 datang lagi tapi jam 3 sudah siap-siap mau pulang ke rumah," cetusnya.
Ancaman keras pun keluar dari bibirnya. Ia tak segan memecat ASN yang kedapatan nongkrong di warung kopi pada saat jam kerja masih berlangsung.
"Kalau saya temukan ada yang nongkrong di warkop saat jam kerja, saya tidak akan segan memberi sanksi berat, sampai pemecatan kalau perlu!" ancam Daeng Manye.
Bupati juga menekankan bahwa ia tidak butuh aksi "kepura-puraan" dari para pegawai, seperti mendadak memegang sapu atau sibuk di depan laptop hanya saat dirinya lewat melakukan sidak.
Menutup rangkaian kegiatannya, ia melakukan penanaman pohon serta menyerahkan APD dan alat kebersihan secara simbolis, seraya meminta transparansi anggaran di setiap OPD agar benar-benar dirasakan manfaatnya oleh rakyat Takalar. (*)