SURYA.CO.ID, SURABAYA – Upaya meluruskan sejarah asal-usul kelahiran Presiden pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno, kembali menguat.
Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Jombang, Jawa Timur (Jatim), secara langsung memaparkan hasil kajian ilmiah kepada Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, dalam pertemuan di Surabaya, Senin (22/12/2025).
Baca juga: TACB Jombang Ajukan Klaim Soekarno Lahir di Ploso ke Kementerian Kebudayaan
Dalam pertemuan tersebut, TACB Jombang menegaskan hasil kajian yang menyebut Bung Karno lahir di wilayah Ploso, Kabupaten Jombang, pada 6 Juni 1902.
Pemaparan disampaikan oleh anggota TACB Jombang, Arif Yulianto, di hadapan Menteri Fadli Zon bersama jajaran Disdikbud Jombang dan tokoh sejarah.
Rombongan yang hadir antara lain Ketua TACB Jombang Nasrul Ilah, Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Jombang Heru Cahyono, Pembina Situs Persada Soekarno Kediri RM Kuswartono serta tokoh masyarakat Jombang Joko Herwanto.
Ketua TACB Jombang, Nasrul Ilah, mengapresiasi sambutan Menteri Fadli Zon yang dinilainya terbuka terhadap aspirasi pelurusan sejarah tersebut.
Ia berharap, langkah ini menjadi awal pengakuan resmi Situs Kelahiran Bung Karno di Ploso Jombang sebagai warisan sejarah nasional.
“Alhamdulillah kami diterima dengan baik. Harapannya, langkah ini bisa mempercepat proses penetapan situs kelahiran Bung Karno di Jombang,” ujar Nasrul Ilah, Selasa (23/12/2025).
Menurutnya, dialog yang berlangsung meski singkat dinilai efektif dan substansial.
TACB Jombang juga berharap adanya fasilitasi pertemuan lanjutan antara pihak Jombang dan Surabaya.
“Tabayyun dengan pihak Surabaya sangat kami harapkan, agar persoalan sejarah ini disikapi secara objektif dan ilmiah,” tambahnya.
Sementara itu, Arif Yulianto menjelaskan, bahwa selain pemaparan lisan, TACB Jombang juga menyerahkan sejumlah dokumen pendukung kepada Menteri Kebudayaan.
“Di antaranya buku Candradimuka karya Dian Sukarno, Ida Ayu Nyoman Rai Ibu Bangsa karya Prof Nurinwa dan tim, serta Menemukan Bung Karno di Jombang karya Moch Faisol,” jelas Arif.
Ia menegaskan, perjuangan tersebut bukan sekadar klaim kedaerahan, melainkan ikhtiar menjaga kejujuran sejarah bangsa.
“Kami mohon doa dan dukungan seluruh warga Jombang, agar ikhtiar ini membawa kebaikan bagi daerah dan sejarah Indonesia,” pungkasnya.