TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN – Perayaan Natal di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Balikpapan tidak hanya menjadi momen ibadah, tetapi juga sarana pembinaan kepribadian dan penguatan spiritual bagi warga binaan pemasyarakatan (WBP).
Koordinator Gereja Oikumene Imanuel Lapas Kelas IIA Balikpapan, Samuel Bebesiran, mengatakan pelayanan Natal di dalam lapas dilaksanakan melalui panitia Natal yang dibentuk bersama petugas pembinaan kepribadian dan kerohanian (Binadik).
“Melalui panitia Natal dan Kasih Binadik, kami sudah melaksanakan rangkaian kegiatan pra-Natal sejak tanggal 15 sampai 23 Desember. Kegiatan ini bertujuan untuk kebersamaan, pembinaan, serta membentuk kepribadian dan kerohanian setiap warga binaan di sini,” ujar Samuel.
Ia mengakui, perayaan Natal di dalam lapas tentu memiliki suasana yang berbeda dibandingkan dengan di luar, terutama karena warga binaan harus merayakannya jauh dari keluarga.
Baca juga: BREAKING NEWS: Puluhan Warga Binaan Lapas Kelas IIA Balikpapan Terima Remisi Natal 2025
“Namanya terpisah dari keluarga tentu ada perasaan itu. Tapi melalui Natal ini, kami justru merasakan sukacita. Teman-teman di sini menjadi keluarga yang paling dekat,” ungkapnya.
Menurut Samuel, makna Natal bagi warga binaan di Lapas Balikpapan sangat erat kaitannya dengan nilai kasih, pengorbanan, dan kesetiaan, termasuk dalam menaati aturan yang berlaku selama menjalani masa pidana.
“Makna Natal selalu berkaitan dengan kasih, pengorbanan, dan kesetiaan. Juga bagaimana kami patuh terhadap peraturan dan kebijakan yang berlaku di lapas,” jelasnya.
Ia menambahkan, warga binaan di Lapas Kelas IIA Balikpapan mendapatkan banyak kesempatan untuk memperbaiki diri, baik secara spiritual maupun perilaku, melalui berbagai program pembinaan yang diselenggarakan oleh pihak lapas.
“Di sini kami justru mendapat banyak kesempatan untuk memperbaiki diri. Melalui Kasih Binadik dan bimbingan-bimbingan lainnya, pembinaan keagamaan selalu dilakukan,” katanya.
Samuel menilai, meski berada di balik tembok lapas, kesempatan untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan justru lebih terbuka.
“Kalau kami lihat, di dalam lapas ini justru lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan diri secara spiritual dan keagamaan. Kami bisa lebih fokus, lebih dekat dengan Tuhan melalui ibadah dan kegiatan keagamaan lainnya,” pungkasnya. (*)