PROHABA.CO, ACEH SINGKIL - Mawarni, seorang ibu berusia 30 tahun, harus menjalani hidup sebagai orang tua tunggal sejak suaminya meninggal dunia dua tahun lalu.
Sejak saat itu, ia mengurus dan membesarkan empat anaknya yang kini yatim, di sebuah gubuk reyot berukuran 4x4 meter di Desa Tanah Bara, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil.
Ruang sempit itu terpaksa difungsikan ganda: menjadi tempat tidur, ruang keluarga, sekaligus dapur.
Untuk menghidupi anak-anaknya, Mawarni bekerja serabutan.
Apa saja ia lakukan, asal bisa memberi makan bagi buah hatinya.
Baca juga: Cerita Pilu Janda 5 Anak di Woyla Barat Tinggal di Gubuk Reyot, Anak 15 Tahun Belum Dikhitan
Kondisi kehidupan Mawarni yang penuh keterbatasan menyentuh hati banyak pihak.
Salah satunya adalah Gerakan Relawan Rumah Dhuafa (Garda) Indonesia.
Komunitas ini menyatakan komitmennya untuk membangun rumah layak huni bagi Mawarni dan keempat anak yatim itu.
Kepastian pembangunan rumah muncul setelah adanya surat hibah tanah dari keluarga mendiang suami Mawarni.
Surat hibah tersebut diserahkan langsung oleh Tianna (70), ibu dari almarhum suami Mawarni.
“Kami berharap Garda Indonesia bersedia membangun rumah layak huni untuk Mawarni dan anak-anaknya.
Kami sudah siapkan surat hibah sebidang tanah untuk keperluan tersebut,” ujar Tianna saat peninjauan lokasi bersama relawan Garda Indonesia.
Baca juga: Aura Kasih Bantah Isu Hubungan dengan Ridwan Kamil, Siap Tempuh Jalur Hukum
Penggerak Utama Garda Indonesia Kabupaten Aceh Singkil, Darwis, ST, menegaskan bahwa pembangunan rumah Mawarni telah ditetapkan sebagai prioritas utama organisasi.
“Pembangunan rumah Mawarni sudah menjadi keputusan bersama pengurus Garda Indonesia,” katanya, Kamis (25/12/2025).
Terpisah, Inisiator Garda Indonesia, Aduwina Pakeh, mengaku tersentuh melihat kenyataan bahwa empat anak harus tumbuh besar dalam kondisi hunian yang jauh dari standar kelayakan.
“Sangat sedih melihat kondisi Ibu Mawarni dan empat anaknya,” ungkapnya.
Untuk mewujudkan rumah layak huni tersebut, Garda Indonesia menggalang dana melalui program donasi Rp 10.000 per bulan.
Rumah Mawarni ditetapkan sebagai #R007, atau rumah ketujuh yang dibangun oleh komunitas ini.
“Pembangunan rumah #R007 akan didanai oleh kekuatan kolektif gerakan berbagi Rp 10.000 per bulan,” jelas Aduwina.
Ia juga mengajak para penggerak dan donatur tetap, khususnya di wilayah Aceh Singkil dan Kota Subulussalam, agar kembali aktif mensosialisasikan program ini sehingga lebih banyak masyarakat yang terlibat.
“Semakin banyak yang bergabung, semakin banyak dhuafa dan anak yatim yang bisa kita bantu memiliki hunian layak,” tutupnya.
(Serambinews/Dede Rosadi)
Baca juga: Kisah Pilu Siti Zahara dan Dua Anaknya Tinggal di Gubuk Reyot Bubon Aceh Barat
Baca juga: Air Meluap di Pandrah Bireuen, Penumpang Ojek Asal Aceh Utara Meninggal Terseret Arus