BANJARMASINPOST.CO.ID - Kuliah di luar pulau tentunya memerlukan berbagai kesiapan. Komunitas ini membantu para mahasiswa asal Kalsel terutama yang berkuliah di Universitas Gajah Mada (UGM)
Gama Kalsel (Keluarga Mahasiswa Kalimantan Selatan Universitas Gadjah Mada) terbentuk dari kebutuhan mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang berasal dari Kalimantan Selatan atas sebuah wadah kekeluargaan di perantauan.
Perbedaan lingkungan, budaya, serta tantangan adaptasi akademik dan sosial mendorong mahasiswa Kalimantan Selatan untuk membangun komunitas yang mampu menjadi ruang aman, tempat berbagi, serta sarana saling mendukung antarmahasiswa lintas fakultas dan angkatan.
Selain itu, Gama Kalsel juga hadir sebagai upaya menjaga rasa kebersamaan dan identitas daerah asal, khususnya nilai-nilai budaya Banjar, di lingkungan kampus UGM.
Komunitas ini digagas oleh mahasiswa Universitas Gadjah Mada asal Kalimantan Selatan, yaitu Muhammad Mumtaza Zairinda, mahasiswa Program Studi Manajemen angkatan 2023, Muhammad Adam, mahasiswa Program Studi Akuntansi angkatan 2023, dan Amanda Naurah, mahasiswa Program Studi Hukum angkatan 2023 beserta teman-teman mahasiswa UGMdari kalimantan selatan.
"Gama Kalsel berdiri sebagai inisiatif bersama untuk menyatukan mahasiswa Kalimantan Selatan di UGM dalam sebuah organisasi yang terstruktur dan berkelanjutan," kata Mumtaza.
Tujuan dibentuknya Gama Kalsel adalah menjadi wadah silaturahmi dan kekeluargaan bagi mahasiswa Kalimantan Selatan di UGM, membantu mahasiswa baru dalam proses adaptasi akademik, sosial, dan budaya, serta menyediakan ruang berbagi informasi dan pengalaman antara mahasiswa senior dan junior.
"Selain itu, komunitas ini bertujuan untuk mengembangkan potensi anggotanya melalui kegiatan organisasi, keilmuan, olahraga, dan kebudayaan, serta berperan aktif dalam menjaga dan memperkenalkan identitas serta budaya Kalimantan Selatan di lingkungan Universitas Gadjah Mada," ujar Mumtaza.
Saat ini, jumlah anggota aktif Gama Kalsel sekitar 92 orang, yang terdiri mahasiswa aktif Universitas Gadjah Mada yang berasal dari berbagai kabupaten/kota di Kalsel.
"Kegiatan rutin yang dilakukan oleh Gama Kalsel meliputi pertemuan rutin anggota yang diadakan setiap dua bulan sekali, sebagai sarana silaturahmi, koordinasi, dan evaluasi kegiatan komunitas," jelas Mumtaza.
Juga ada foto kabinet tahunan, yang dilakukan setiap tahun sebagai bentuk dokumentasi kepengurusan dan identitas organisasi.
Adapun keikutsertaan dalam kegiatan Culfest UGM, sebagai representasi mahasiswa Kalimantan Selatan dalam ajang kebudayaan tingkat universitas serta bentuk kontribusi komunitas dalam memperkenalkan budaya daerah. "Komunitas ini juga membantu mahasiswa baru asal Kalsel melalui pengenalan lingkungan kampus dan kehidupan perkuliahan di UGM," papar Mumtaza.
Ada pendampingan adaptasi sosial dan budaya. Penyediaan ruang bertanya dan berbagi pengalaman dengan senior. Dukungan emosional agar mahasiswa baru tidak merasa sendiri di perantauan.
Frekuensi dan tempat pertemuan pertemuan diadakan secara fleksibel dan berkala, baik Luring, di kawasan kampus UGM atau tempat yang disepakati bersama.
Juga ada daring, melalui grup WhatsApp dan platform komunikasi lainnya. Frekuensi menyesuaikan agenda kegiatan dan kebutuhan anggota.
Manfaat yang dirasakan anggota antara lain memperluas relasi sesama mahasiswa Kalimantan Selatan. Mendapat dukungan sosial dan emosional.
Manfaat lainnya, mengembangkan kemampuan organisasi dan kepemimpinan. Menjadi wadah berbagi informasi akademik dan non-akademik. Menjaga rasa kekeluargaan di perantauan.
Gama Kalsel juga berperan aktif dalam menjaga nilai kekeluargaan khas Banjar mengenalkan budaya Kalimantan Selatan kepada lingkungan kampus.
Selain itu mengadakan kegiatan bernuansa budaya dan keagamaan. Menjadi ruang aman bagi anggota untuk tetap merasa dekat dengan identitas daerah asal.
Komunitas ini melakukan dukungan akademik, seperti sharing mata kuliah, tips perkuliahan, dan diskusi keilmuan.
Sedangkan dukungan non-akademik, seperti bantuan informasi tempat tinggal, kesehatan mental, kegiatan sosial, dan pengembangan minat bakat.
"Meski demikian, ada beberapa tantangan yang sering dihadapi, antara lain perbedaan jadwal kuliah dan kesibukan anggota dan koordinasi antaranggota yang tersebar di berbagai fakultas," jelas Mumtaza.
Tantangan lain, menjaga konsistensi partisipasi anggota dalam kegiatan dan adaptasi anggota baru dengan budaya organisasi.
Adapun cara menjaga solidaritas antaranggota, menurut Mumtaza, melalui komunikasi terbuka dan aktif di grup, kegiatan kebersamaan yang inklusif.
"Penanaman rasa saling menghargai latar belakang fakultas dan individu dan pendekatan kekeluargaan dalam menyelesaikan perbedaan," terangnya.
Harapan Gama Kalsel, tukas Mumtaza, dapat menjadi komunitas yang lebih solid dan aktif serta meningkatkan kualitas program kerja.
"Kami juga memperluas jejaring dengan komunitas daerah lain dan menjadi wadah yang semakin bermanfaat bagi mahasiswa Kalimantan Selatan di UGM," tandasnya.
Dengan demikian, komunitas ini terus berfungsi sebagai media informasi dan koordinasi mahasiswa Kalsel di UGM, wadah aspirasi dan solidaritas daerah dan sarana menjaga hubungan antara mahasiswa di perantauan dengan daerah asal. (Salmah saurin)