TRIBUNTRENDS.COM - Di tengah sorotan publik terhadap gaya hidup mewah keluarga pejabat, sebuah pemandangan kontras tersaji dalam sesi live streaming bersama Bigmo.
Sang streamer dibuat tak percaya saat menyambut narasumbernya, Yudo Sadewa, yang merupakan putra dari Purbaya Yudhi Sadewa.
Tanpa iring-iringan mewah atau pengawalan ketat, Yudo menempuh perjalanan jauh dari Bogor menuju lokasi streaming hanya dengan mengendarai motor Yamaha Xmax.
Kehadirannya yang nyelonong sendiri tanpa protokoler khas anak pejabat membuat Bigmo terheran-heran.
"Dia ke sini naik Xmax," ungkap Bigmo dengan nada sangsi.
"Dari Bogor nyetir sendiri," tambahnya lagi.
Melihat reaksi Bigmo yang terkejut, Yudo hanya menanggapi dengan tawa santai seolah hal tersebut adalah rutinitas biasa bagi warga sipil umumnya.
"Emang kenapa naik motor?" tanya Yudo balik, menantang persepsi publik tentang kemewahan.
"Lu bayangin naik motor man," celetuk Bigmo, masih merasa ganjil dengan pemandangan tersebut.
Baca juga: Yudo Anak Purbaya Kuliti Dosa Pejabat, Sebut 80 Persen Birokrat Korupsi, Susi Pudjiastuti: Lebih!
Obrolan pun mengalir ke ranah yang lebih privat, yakni dunia trading Bitcoin yang digeluti Yudo.
Dengan santai, ia membeberkan angka kerugian fantastis yang baru saja dialaminya.
"Gue 10 Oktober ini loss hampir Rp22 miliar, tapi dari 8 juta dollar AS kecil lah," aku Yudo.
Keterbukaan ini kembali membuat Bigmo heran, mengingat banyak orang cenderung menutupi detail finansial mereka.
Namun, di balik angka miliaran tersebut, Yudo menegaskan bahwa ia lebih nyaman dengan kesederhanaan.
Ia bahkan tak segan menyentil gaya hidup anak pejabat lain yang identik dengan pengawalan bunyi sirine di jalanan.
"Enggak peduli, gue ke sininya aja naik motor, gue kan sederhana orangnya," jawab Yudo saat ditanya soal transparansi hartanya.
Ia menambahkan dengan nada satire, "Kalau anak pejabat yang lain kan naik, 'tot tot tot'."
Baca juga: Usul Gila Yudo Anak Purbaya, Paksa Pejabat Hemat Demi Putar Roda Ekonomi: Kebanyakan Rapat Gak Jelas
Yudo Sadewa tidak hanya bicara soal gaya hidup pribadi, ia juga menyoroti inefisiensi birokrasi yang dianggapnya sebagai korupsi halus.
Ia merasa heran mengapa banyak pejabat negara yang masih hobi menghabiskan anggaran untuk fasilitas premium.
Menurutnya, perjalanan dinas dan rapat-rapat pemerintah seringkali menghamburkan uang rakyat secara tidak logis.
"Jadi orang-orang itu kebanyakan korupsi-korupsi itu dari situ. Anggaran rapat, perjalanan dinas, masa bisa sampai miliaran sih," kritiknya tajam.
Bahkan, Yudo menyarankan agar pejabat lebih membumi dalam memilih fasilitas menginap.
"Lu tidur di Oyo aja udah nyaman kali harusnya. Enggak usah di hotel bintang 5," ujarnya berseloroh namun serius.
Di era digital ini, ia berpendapat banyak agenda yang bisa dipangkas melalui teknologi.
"Kalau mau mengabdi masyarakat, kan kita sekarang udah ada teknologi. Emang enggak bisa pakai Zoom atau misalnya enggak bisa apa lebih jauh efisiensi lagi," katanya lagi.
Menutup perbincangan, Yudo mengungkapkan bahwa sang ayah, Purbaya, telah melakukan langkah konkret dengan memangkas anggaran rapat yang tidak jelas.
Hasilnya mengejutkan, negara mampu menghemat hingga puluhan triliun rupiah.
"Misalkan kemaren tuh bapak dapat 60 triliun dari potong anggaran-anggaran, rapat-rapat itu yang enggak jelas. Bahkan, 60 triliun itu cuman dari potong rapat enggak jelas itu loh, makanya negara indonesia itu susah majunya karena enggak efisien. Udah enggak efisien, pejabatnya kebanyakan maling gitu," pungkasnya menutup diskusi dengan pesan menohok bagi birokrasi tanah air.
(TribunTrends.com/TribunJakarta.com)
