TRIBUNTRENDS.COM - Media sosial tengah diramaikan oleh penampakan unik sebuah patung macan di Desa Balongjeruk, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri.
Alih-alih terlihat sangar dan gagah, patung macan bercorak hitam-putih ini justru mengundang senyum dan sorotan tajam dari netizen karena wujudnya yang dianggap lebih mirip zebra atau karakter kartun.
Namun, di balik estetika yang dianggap tidak proporsional tersebut, tersimpan niat tulus dari sang pembuatnya, Suwari (60).
Sosok pria yang dulunya merupakan pelaku seni ludruk ini mengungkapkan bahwa ada alasan psikologis mengapa "si raja hutan" itu kehilangan taringnya.
Patung yang berdiri di pinggir jalan desa ini memang terlihat berbeda.
Jika biasanya patung macan digambarkan dengan mulut mengaum lebar dan otot yang menonjol, karya Suwari ini justru tampil dengan mulut tertutup rapat dan ekspresi wajah yang tenang.
Suwari menegaskan bahwa perwujudan tersebut bukanlah sebuah ketidaksengajaan. Ia sengaja mendesain wajah macan tersebut agar memberikan kesan ramah bagi siapa saja yang lewat, terutama bagi anak-anak di desa tersebut.
“Mulutnya saya buat mingkem seperti itu memang agar tidak menakuti anak-anak. Apalagi lokasinya di pinggir jalan, kalau mulutnya mangap kesannya kayak mau menerkam orang saja,” ujar Suwari.
Terkait warna yang menyerupai zebra, Suwari menjelaskan bahwa hal itu berkaitan dengan mitos atau cerita rakyat setempat mengenai sosok Macan Putih.
“Itu kan permintaan Pak Kepala Desa. Untuk membuat patung macan putih sesuai cerita desa. Sudah sesuai dengan gambar, hanya beda lorengnya. Di gambar kuning, di sini loreng putih disesuaikan cerita,” tambahnya.
Baca juga: Patung Macan Unyu di Kediri Dicurigai Korban Anggaran yang Ditilep, Kepala Desa: Pakai Uang Saya
Kepala Desa Balongjeruk, Safi'i, awalnya mempercayakan proyek ini kepada Suwari karena rekam jejaknya yang pernah membuat patung burung rajawali dengan hasil memuaskan.
Menariknya, anggaran untuk pembangunan ikon desa ini pun tergolong ekonomis.
Safi'i mengungkapkan bahwa total biaya yang dikeluarkan dari kocek pribadi adalah sebesar Rp 3,5 juta.
“Mulanya saya tanya dia berapa kisaran biayanya, jawabnya cukup Rp 2 juta saja sudah bisa dengan hasil bagus. Lalu total keseluruhan biaya Rp 3,5 juta,” kata Safi'i.
Meskipun usianya sudah menginjak kepala enam, Suwari mengerjakan seluruh proses pembangunan patung tersebut sendirian selama 18 hari tanpa bantuan asisten maupun kuli bangunan.
Baca juga: Akibat Kerusuhan di Kediri, Kepala Arca Ganesha Hilang, Beruntung Ditemukan Siswa: Dikira Batu Biasa
Walaupun Suwari merasa sudah mengerahkan seluruh kemampuannya, respon masyarakat tetap terbelah.
Banyak warga merasa penggambaran tersebut melenceng jauh dari citra harimau yang selama ini dikenal berwibawa.
Meski begitu, bagi sebagian warga lainnya, kehadiran patung ini justru menjadi daya tarik unik tersendiri bagi Desa Balongjeruk.
Pihak desa sendiri tampaknya tetap mengapresiasi kerja keras sang seniman tua yang telah berusaha menghidupkan legenda desa dengan cara yang lebih bersahabat.
(TribunTrends.com/Kompas.com)