Keluarga Ungkap Kronologi Kematian Ibu Hamil di RS Marthen Indey: 17 Jam Tanpa Dokter
December 29, 2025 03:29 PM

 

Laporan Wartawan Tribun-Papua.com,Taniya Sembiring 

TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Keluarga dari mendiang Marta Ngurmetan yang meninggal dunia saat proses persalinan di Rumah Sakit Marthen Indey, Jayapura, akhirnya angkat bicara.

Saat ditemui Tribun-Papua.com di rumah duka, Senin (29/12/2025) Frans Koromat, perwakilan keluarga sekaligus orangtua angkat almarhumah membeberkan kronologi lengkap dan menyatakan kekecewaan mendalam atas dugaan kelalaian medis yang terjadi.

Menurut Frans, almarhumah tiba di RS Marthen Indey pada Jumat, 26 Desember 2025, sekitar pukul 09.15 WIT.

Baca juga: Istri dan Bayi Tewas Saat Dokter Tak Ada, Maikel Pariama Tuntut Pihak RS Marthen Indey

Ia diterima di Unit Gawat Darurat (UGD) dan langsung diarahkan ke ruang khusus untuk ibu hamil. Setelah pemeriksaan awal menunjukkan pembukaan pertama, almarhumah dipindahkan ke ruang perawatan kebidanan yang berjarak sekitar 200 meter dari UGD.

“Di ruang kebidanan, almarhumah ditangani sesuai petunjuk rujukan dokter, termasuk pemberian obat perangsang untuk mempercepat proses persalinan,” ujar Frans. 

ksakdadlkjaldasda
KEMATIAN IBU HAMIL - Pantauan Tribun Papua.com di rumah duka Marta Ngurmetan pada Senin, (29/12/2025). Marta meninggal dunia saat proses persalinan di Rumah Sakit Marthen Indey, Jayapura, diduga karena kelalaian dokter.

Namun selama proses berlangsung, pasien hanya berinteraksi dengan bidan. Dokter spesialis kandungan yang menangani tidak pernah hadir secara langsung sejak pagi hingga dini hari.

Baca juga: Ibu Hamil dan Bayi Meninggal di RS Marthen Indey, Direktur POHR: Gubernur Papua Segera Bertindak

Frans menyoroti adanya miskomunikasi antara dokter dan suami almarhumah. 

“Dokter menggunakan istilah medis yang tidak dipahami oleh suami almarhumah. Tidak ada penjelasan yang memadai soal tindakan yang akan dilakukan, termasuk soal operasi caesar,” jelasnya.

Kondisi almarhumah terus memburuk. Ia mengalami kesakitan hebat selama berjam-jam setelah diberi obat perangsang. 

Baca juga: Dari Papua untuk Sumatera: Misi Kemanusiaan DPR Papua Sentuh Korban Bencana di Tapanuli

Pihak keluarga yang ingin mendampingi pun ditolak masuk oleh petugas dengan alasan pasien sedang dalam observasi.

“Padahal dalam banyak kasus, keluarga biasanya diizinkan masuk untuk memberi dukungan moral,” tambah Frans.

Puncaknya terjadi sekitar pukul 03.00 WIT dini hari, ketika kondisi almarhumah sudah kritis. 

Baca juga: Dari Papua untuk Sumatera: Misi Kemanusiaan DPR Papua Sentuh Korban Bencana di Tapanuli

Dokter baru tiba setelah pasien dinyatakan meninggal dunia. “Dokter datang setelah semuanya terlambat. Bahkan tindakan darurat sudah dilakukan oleh dokter jaga UGD, tapi nyawa almarhumah tidak tertolong,” ungkap Frans.

Atas kejadian ini, keluarga menyatakan akan menempuh jalur hukum.

“Kami melihat ini sebagai bentuk kelalaian. Selama 17 jam, tidak ada kehadiran dokter secara fisik. Ini bukan hanya soal prosedur, tapi soal kemanusiaan,” tegasnya.

Baca juga: Bapperida Papua Tengah Ingatkan Semua OPD Susun RAP Otsus Sesuai Mau Rakyat

Keluarga berharap proses hukum dapat memberikan keadilan dan menjadi pelajaran agar kejadian serupa tidak terulang.

Mereka juga meminta agar komunikasi antara tenaga medis dan keluarga pasien diperbaiki, terutama dalam situasi darurat dan berisiko tinggi seperti persalinan.(*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.