TRIBUNBANYUMAS.COM, PURBALINGGA - Suasana berbeda kini menyelimuti kawasan pabrik PT Sung Shim Internasional di Kelurahan Kalikabong, Kabupaten Purbalingga.
Area yang biasanya hidup dengan hilir mudik ratusan pekerja, kini terasa lengang dan sunyi.
Pemandangan gerbang biru yang tertutup rapat seolah menjadi saksi bisu gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang baru saja menghantam perusahaan legendaris ini.
Baca juga: Bahagianya 2.836 PPPK Paruh Waktu Kabupaten Purbalingga Terima SK, Bupati Fahmi Anggarkan Rp 15 M
Kabar kurang sedap ini dikonfirmasi langsung oleh Dinas Ketenagakerjaan (Dinnaker) Kabupaten Purbalingga.
Sekitar dua pekan lalu, keputusan berat harus diambil manajemen dengan melepas ratusan pekerjanya.
Kepala Bidang Hubungan Industrial Dinnaker Purbalingga, Yesu Dewayana, membenarkan situasi sulit tersebut.
Menurutnya, proses perpisahan antara perusahaan dan karyawan telah diselesaikan lewat jalur musyawarah.
"Betul, kemarin ada sekitar 145 karyawan yang terpaksa harus di PHK. Namun terkait proses PHK sendiri kemarin alhamdulilah berjalan lancar dengan Perjanjian Bersama (PB). Jadi, ada kesepakatan terkait pesangon dan hak-hak pekerja, meskipun memang tidak bisa 100 persen dipenuhi," ujarnya saat ngobrol santai dengan Tribunbanyumas.com, Senin (29/12/2025).
Pasca badai PHK ini berlalu, pabrik yang sudah berdiri sejak era 90-an tersebut kini dalam kondisi 'kurus'.
Dari ratusan orang yang pernah menggantungkan hidup di sana, kini hanya segelintir yang tersisa untuk menjaga napas produksi tetap berjalan.
Sebagai gambaran, PT Sung Shim adalah pemain lama di industri bulu mata palsu asal Korea Selatan.
Dulu, mereka sangat berjaya hingga punya cabang di Tegal. Namun, cabang Tegal sudah tutup buku dan dijual, menjadikan pabrik di Kalikabong ini sebagai benteng terakhir.
"Padahal, dahulu karyawannya banyak, bisa sampai 800 an orang," kenang Yesu, menggambarkan betapa drastisnya penurunan jumlah tenaga kerja di sana.
Melihat kondisi yang kian menyusut, harapan besar kini digantungkan pada pundak puluhan pekerja yang masih bertahan.
"Meskipun sekarang karyawannya tinggal 70 orang, kami harap jangan sampai tutup. Mudah-mudahan kedepan bisa tetap bertahan dan semoga saja order tetap ada," tambahnya penuh harap.
Lantas, apa yang membuat raksasa lama ini mulai goyah? Yesu blak-blakan menyebut persaingan industri hari ini sudah tidak main-main alias "ngeri-ngeri sedap". Ada pergeseran peta kekuatan di pasar global yang membuat pabrik di Purbalingga kewalahan.
Salah satu pukulan terberat datang dari negeri Tirai Bambu. China kini gencar memproduksi barang serupa dengan harga yang jauh lebih miring berkat bantuan mesin canggih. Sementara di sini, keterampilan tangan (handmade) yang jadi andalan, justru menjadi titik lemah dalam hal biaya produksi.
"Memang sekarang persaingan semakin berat. Ongkos tenaga kerja semakin murah, terutama persidangan dengan China sekarang juga sudah banyak. Meskipun disisi keterampilan kita unggul, tapi kita kalah di efisiensi biaya," jelas Yesu memberikan analisisnya.
Akibatnya, orderan yang biasanya mengalir deras ke Purbalingga kini mulai seret karena pembeli beralih ke produsen yang lebih murah.
Kasus di PT Sung Shim ini otomatis menambah deretan panjang angka PHK di Kota Perwira sepanjang tahun 2025. Data Dinnaker mencatat, hingga pengujung tahun ini, total ada 602 pekerja dari sembilan perusahaan yang kehilangan pekerjaan.
Meski terdengar banyak, Yesu mengajak kita melihat sisi positifnya. Jika dibandingkan dengan tahun lalu yang suram—di mana angka PHK menembus 12 ribu orang—kondisi tahun 2025 ini sebetulnya jauh lebih terkendali.
“Hingga Desember tercatat sekitar 602 pekerja yang terlapor mengalami PHK. Namun angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 12 ribu orang,” paparnya membandingkan data.
Penurunan drastis angka PHK tahunan ini menjadi sinyal bahwa badai ekonomi global perlahan mulai mereda. Stabilitas ekonomi dunia yang membaik turut membawa angin segar, meski belum sepenuhnya pulih seperti sedia kala.
"Mungkin karena krisis di luar negeri sudah mulai membaik, stabilitas ekonomi dunia dan Indonesia juga sudah lebih stabil. Sehingga order sekarang mulai berjalan, meskipun tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Kami berharap, jumlah ini bisa menurun, syukur-syukur jangan sampai ada PHK lagi di tahun depan," pungkas Yesu menutup obrolan.