TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO - Jejak sejarah keluarga orang nomor satu di Republik Indonesia ternyata menancap kuat di tanah Banyumas.
Bukan sekadar cerita lalu, kini nama besar keluarga Presiden Prabowo Subianto dipatrikan dalam sebuah bangunan megah di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).
Senin (29/12/2025) menjadi hari bersejarah. Di bawah langit Purwokerto, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, secara resmi meletakkan batu pertama pembangunan "Megatorium Margono Djojohadikusumo" di Kampus 2 UMP.
Gedung ini bukan sekadar tumpukan beton, melainkan sebuah monumen ingatan. Haedar Nashir bercerita, pemilihan nama ini punya makna mendalam untuk menyambung 'benang merah' sejarah yang nyaris terlupakan.
Baca juga: Video UMP Galang Kepedulian Lewat Lelang Lukisan, Ringankan Mahasiswa Sumatera-Aceh Terdampak Banjir
"Membangun Megatorium yang kita namakan gedung Margono Djojohadikusumo untuk merekat mata rantai tiga tokoh yang punya kaitan dengan Purwokerto. Pak Margono asli Purwokerto, lalu Soemitro dan Pak Prabowo punya darah di sini," ungkap Haedar kepada Tribunbanyumas.com usai prosesi acara.
Nama Margono Djojohadikusumo memang bukan nama sembarangan. Ia adalah pendiri Bank Negara Indonesia (BNI) yang merupakan putra asli daerah. Darah pejuang ekonominya mengalir ke sang anak, Soemitro Djojohadikusumo yang dikenal sebagai begawan ekonomi Indonesia, hingga cucunya, Prabowo Subianto yang kini memimpin negeri.
Haedar melihat ada satu nafas perjuangan yang sama dari tiga generasi ini: ekonomi kerakyatan.
"Hal ini untuk merekatkan ekonomi kerakyatan berbasis konstitusi. Itu perjalanan panjang untuk kesejahteraan rakyat," tambahnya.
Baginya, pembangunan fisik megatorium ini harus sejalan dengan pembangunan jiwa bangsa. Gedung megah tak akan berarti tanpa diisi oleh manusia-manusia unggul di dalamnya.
"Tidak ada bangsa yang maju tanpa SDM yang unggul. Membangun bangsa itu bukan hanya fisik tetapi nilainya. Bangun fisik terus tapi jiwanya tidak, nanti keropos," tegas Haedar mengingatkan.
Lantas, akan seperti apa isinya nanti? Rektor UMP, Prof Jebul Suroso, memberikan sedikit bocoran. Megatorium ini tidak hanya akan menjadi gedung pertemuan biasa, tapi 'dapur' bagi para pemikir bangsa.
"Tempat ini berfungsi sebagai tempat berkumpulnya para peneliti ilmuwan, khususnya bidang ekonomi dan kerakyatan, untuk memperbincangkan konsep ilmu yang dilahirkan oleh Margono, Soemitro dan seterusnya," jelas Jebul.
Nantinya, pengunjung juga bisa menelusuri lorong waktu. Akan ada area khusus (display) yang menampilkan perjalanan hidup tiga tokoh besar tersebut, lengkap dengan perpustakaan yang memadai.
Secara fisik, bangunan ini diproyeksikan bakal sangat megah. Daya tampungnya tak main-main, bisa menampung ribuan orang sekaligus untuk berbagai perhelatan akbar seperti wisuda.
"Ini juga menjadi hall, tempat wisuda dan pertemuan yang besar. Lalu juga tempat display perjalanan hidup dari tiga tokoh tersebut, serta untuk perpustakaan," urainya.
Bagi Jebul, mengangkat nama Margono adalah upaya UMP untuk 'nguri-uri' tokoh lokal yang pemikirannya mendunia namun mulai jarang disebut generasi muda.
"Ini bisa kapasitas untuk 8.000 orang. Alasannya nama ini diambil karena Banyumas banget, ekonomi banget dan itu harus digali, karena mulai kurang terkenal padahal pemikirannya sangat keren," pungkas Jebul menutup obrolan.