Kebaikan Nursalim Tukang Becak di Pasuruan Bisa Sekolahkan 3 Anak hingga Jadi PNS, Ini Amalan Lain
Musahadah January 18, 2025 01:30 PM

SURYA.CO.ID - Kebaikan Nursalim, tukang becak yang sukses menyekolahkan tiga anak hingga jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan lulus S2, terkuak.

Ternyata, Nursalim pernah kerja sebagai pengantar barang di toko mebel sebelum akhirnya memutuskan menjadi tukang becak.

Alasan Nursalim sangat mulia. Ia merasa pekerjaan itu membuatnya jauh dari Sang Pencipta.

"Waktu itu, anak pertama masih bayi dan saya berpikir sampai kapan kehidupan seperti itu. Sibuk bekerja dan meninggalkan shalat."

"Dan saya putuskan keluar dan menjadi tukang becak," ujarnya, dikutip SURYA.CO.ID dari Kompas.com.

Nursalim kemudian menjadi tukang becak yang kerap mangkal di sekitar Pasar Warungdowo.

Di sana hanya ada tiga buah becak tradisional serupa milik Nursalim. Sementara lainnya sudah beralih ke becak motor (bentor).

Namun, bagi Cak Salim, ia tetap mempertahankan agar tubuhnya tetap tegar karena bergerak.

Bahkan, anaknya juga pernah meminta ia berhenti mengayuh becak.

"Kalau nggak ngongkel (mengayuh becak) rasanya malah sakit. Lumayan olahraga juga," ujarnya.

Saat menjadi tukang becak, Nursalim justru berbaik hati dengan tidak mematok harga.

"Penumpang bayar seikhlasnya. Karena saya masih yakin barang siapa berbuat baik akan mendapatkan kebaikan dari orang lain," ujarnya sambil tersenyum.

Cak Salim-sapaan akrab Nursalim, mengaku sehari bisa membawa uang Rp 25 ribu.

Dari penghasilan itu Cak Salim bertekad menyekolahkan ketiga anaknya hingga sukses.

Sang istri, Sri Atmini (58), pun turut membantu mencari nafkah dengan menjadi guru mengaji di mushala.

3 Anak Sukses

Kerja keras Cak Salim dan Sri Atmini berbuah manis.

Anak sulung Cak Salim, Muhammad Huseni, bergelar sarjana pendidikan dan sekarang mengajar di SD Islam di Kecamatan Kejayan.

Selanjutnya, anak kedua, Nur Hasanah, yang tamat S2 menjadi guru agama dan berstatus PNS di SMP Negeri 3 Kota Pasuruan.

Lalu, anak terakhirnya, Saidatut Dariyah menempuh pendidikan S2 di Bali dan mengajar di salah satu SMA.

"Itu semua berkat doa, saya selalu mengingatkan kepada anak saya untuk terus berdoa dan terus belajar. Anak juga mendapatkan beasiswa," ujar Cak Salim.

Jadi Marbot

Untuk kegiatan sosial, sepulang dari mengayuh becak, ia juga menjadi "marbot" masjid di kampungnya.

Setiap menjelang waktu shalat Zuhur dan Ashar, Cak Salim menyapu dan membersihkan masjid.

Baginya, ada pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan materi, sedangkan beramal baik menjadi pelengkap ketenangan.

"Saya sudah berumur tidak muda lagi, ya mungkin jadi marbot lebih dekat dengan yang di atas (Tuhan). Buat akhirat Mas," katanya.

Dapat Pujian Penumpang

Sayang, cerita panjang dari Cak Salim berhenti saat seorang perempuan yang membawa belanjaan meminta diantar olehnya. 

"Permisi dulu ya Mas, kulo (saya) ngantar dulu. Monggo Bu naik," ucap Cak Salim sambil mempersilakan penumpang.

Dengan semangat, Cak Salim menggeser bagian belakang becak, mengambil ancang-ancang sebagai tanda siap melahap aspal dengan becaknya.

Topi dan sarung menjadi ciri khas tukang becak yang ada di Pasar Warungdowo.

Nasikha, salah satu pemilik warung yang menjadi pangkalan sejumlah tukang becak, mengakui semangat dan kesederhanaan Cak Salim.

"Cak Salim itu sukses, anaknya sudah jadi guru semua. Dia sering puasa dan kerjanya sebelum shalat Zuhur sudah pulang," katanya.

Klik di sini untuk untuk bergabung 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.