JAKARTA - Hubungan antara pebisnis
China bernama Yang Tengbo dengan
Pangeran Andrew dari Kerajaan Inggris telah memperlihatkan pola
spionase yang digunakan Beijing untuk kegiatan mata-mata.
Yang Tengbo, atau dikenal juga dengan Chris Yang, dilarang masuk ke Britania Raya oleh Kementerian Dalam Negeri Inggris pada 2023 atas tuduhan menggunakan hubungannya dengan Pangeran Andrew untuk melakukan spionase yang menguntungkan China.
Dalam editorial
Mekong News edisi Rabu (22/1/2025), disebutkan bahwa China terus mencoba membobol lingkaran dalam untuk mengumpulkan informasi sensitif dan memanipulasi kebijakan negara sasaran. Sementara upaya tersebut digagalkan oleh Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa di masa lalu, Beijing diyakini kerap menggunakan orang-orang keturunan China atau mengelabui warga negara asing untuk kegiatan spionase.
Pada tahun 2023, Ji Chaoqun, seorang insinyur China, dipenjara selama delapan tahun karena mengumpulkan informasi tentang teknologi kedirgantaraan dan teknologi lainnya dari orang-orang yang bekerja di sektor terkait. Dia dihukum karena menjadi agen Kementerian Keamanan Negara China.
Ji terdaftar di Pasukan Cadangan Angkatan Darat AS pada 2016, yang memungkinkannya mengambil foto infrastruktur militer yang sensitif. Ji berencana mencari pekerjaan di CIA, FBI, atau pun NASA dan bekerja di sana dalam bidang keamanan siber, sehingga dia dapat memiliki akses ke basis data sensitif.
Departemen Kehakiman AS mengatakan Ji tengah mengumpulkan "informasi biografi tentang sejumlah individu untuk kemungkinan perekrutan" oleh China. Dia ditugaskan untuk "memperoleh akses ke teknologi antariksa dan satelit canggih yang tengah dikembangkan sejumlah perusahaan di AS."
“Bukti yang diajukan di persidangan mengungkapkan bahwa Ji bekerja atas arahan perwira intelijen tingkat tinggi di Kementerian Keamanan Negara Provinsi Jiangsu, sebuah departemen provinsi di bawah Kementerian Keamanan Negara Republik Rakyat China,” kata departemen tersebut.
Spionase dan Sabotase
Seorang warga negara Jerman asal China, Jian Guo, diketahui telah mengirimkan informasi sensitif dan rahasia tentang negosiasi dan keputusan Parlemen Eropa ke badan intelijen China.
"Jika benar ada yang memata-matai untuk China di Parlemen Eropa, ini merupakan serangan dari dalam terhadap demokrasi Eropa," kata Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser.
Secara khusus, Jian Guo bekerja untuk anggota Parlemen dan kandidat pemilihan umum Eropa Maximilian Krah dari Alternative for Germany (AfD). Jaksa penuntut mengatakan dia memata-matai para pembangkang China di Jerman.
Potensi ancaman dari China mendorong Jerman untuk menyusun strategi keamanan nasional, yang berupaya menahan berbagai kegiatan yang menentang negara tersebut.
“Kami mengambil tindakan tegas untuk melawan semua kegiatan spionase dan sabotase analog dan digital oleh badan intelijen China dan kelompok yang dikendalikan negara,” demikian bunyi dari strategi keamanan nasional terbaru Jerman.
Baru-baru ini, seorang perempuan China bernama Yaqi X diketahui mengirimkan informasi sensitif dan rahasia ke badan keamanan China. Informasi tersebut mengenai pengangkutan peralatan militer dan perusahaan senjata di Jerman serta data penerbangan, kargo, dan penumpang.
Weijing Wang bekerja di Polandia sebagai direktur penjualan di Huawei, sebelum dia ditangkap karena menjadi mata-mata untuk China.
Pengacara Inggris-China Christine Lee dituduh mencampuri politik Inggris. Lee menggunakan “operasi penyemaian” di mana uang dari China digunakan untuk memengaruhi opini politik yang sesuai dengan Partai Komunis China (CCP).
Mengganggu Stabilitas Demokrasi
Ken McCallum, kepala badan intelijen Inggris MI5, mengatakan: “Tidak selalu terjadi upaya untuk memengaruhi pemimpin nasional atau seseorang di tingkat kabinet. Salah satu hal yang sangat mencolok adalah bahwa mereka siap berinvestasi dalam membina orang-orang di tingkat lokal secara potensial dan di awal karier politik mereka.”
China telah merekrut orang-orang dari negara lain untuk mencuri informasi sensitif dan kegiatan mata-mata. Pada tahun 2017, Belanda menangkap seorang mata-mata yang hendak berangkat ke China. Belgia juga telah menyatakan kemarahannya atas perekrutan anggota partai politik oleh China sebagai aset intelijen.
“China mencoba membeli pengaruh untuk mengganggu stabilitas demokrasi kita. Dengan Chinagate, atau haruskah saya katakan Kepentingan China, semuanya terungkap di depan mata kita,” tutur Perdana Menteri Belgia Alexandre de Croo.
Perwira intelijen China Xu Yanjun diekstradisi dari Belgia ke AS atas tuduhan spionase ekonomi dan pencurian rahasia dagang. Dia berencana membangun hubungan baik dengan karyawan perusahaan yang menjadi target untuk mengekstrak informasi kepemilikan dan rahasia teknologi.
“Mereka mencuri teknologi Amerika untuk menguntungkan ekonomi dan militer mereka,” sebut Asisten Direktur FBI saat itu, Alan Kohler. “Bagi mereka yang meragukan tujuan sebenarnya dari RRC (Republik Rakyat China), ini seharusnya menjadi peringatan,” ungkap Kohler.