Luka Pengasuhan Bisa Membentuk Lifetrap, Ini 4 Jenis dan Efeknya
Mohamad Haekal February 25, 2025 03:40 PM
, salah satu faktor yang membuat seseorang terjebak dalam lifetrap atau jebakan kehidupan. Lifetrap adalah jebakan psikologis yang membuat seseorang terperangkap dalam ingatan masa lalu dan sulit bergerak maju. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh luka pengasuhan.
Menurut kajian Dr. Zein Permana, lifetrap terjadi karena distorsi ingatan, di mana seseorang lebih mudah mengingat pengalaman negatif daripada yang positif.
Artikel ini akan membahas penyebab lifetrap, jenis luka pengasuhan yang berkontribusi, serta cara mengatasinya agar bisa keluar dari jebakan ini dan menjalani hidup dengan lebih bebas.
Bila membuka kembali memori pengalaman antara seseorang dengan orang tua, maka akan banyak bersyukur. Namun faktanya, lebih banyak ingatan yang nempel masuk ke dalam memori.
Yang terdistorsi dalam luka pengasuhan itu jangan-jangan ingatan seseorang tentang apa yang terjadi terhadap seseorang dengan orang tua, itu yang membuat seseorang terluka.
Ingatan yang terpatri dalam seseorang, tanpa disadari menjadi karakter sehingga menghadapi hal yang serupa lebih memilih untuk menghindar daripada menghadapi. Sehingga seseorang dapat terkena lifetrap (tidak kemana-mana), sehingga menghasilkan residu tetapi tidak menyelesaikan masalah.
Kemudian, apa saja luka pengasuhan yang membuat seseorang terjebak dalam lifetrap? Berikut ragam luka dan akibatnya:
Rejection (Penolakan)
Luka rejection atau penolakan ini adalah luka-luka yang lahir dari individu mengingat penolakan-penolakan ketika masa kecil. Meskipun memiliki banyak pengalaman, luka ini muncul karena pengalaman yang terdistorsi dengan ingatan-ingatan saat ditolak.
Akibat dari rejection ada dua, yaitu menjadi rendah diri, dan menjadi seorang yang people pleaser.
Orang yang mengalami luka ini cendrung suka berkelompok dan berbaur. Namun, mereka akan mudah merasa bersalah dalam beberapa momen.
Neglect (Pengabaian)
Bila yang pertama adalah penolakan, namun yang kedua ini pengabaian atau diabaikan. Jika penolakan itu tegas, seperti enggak, nanti aja, dll. Apabila pengabaian ini tidak adanya respon, atau biasanya ada kata “hmm”.
Ciri-ciri orang yang memiliki luka yang kedua ini adalah mereka sulit sadar dan mengenal dengan emosi. Orang yang memiliki ciri ini, cenderung akan sulit inisiatif terhadap dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu.
Kemudian ciri-ciri yang kedua adalah mudah merasa kesepian. Terdapat solusi bila memiliki rekan, teman atau lainnya yang memiliki ciri-ciri diatas. Yaitu, rangkul untuk diajak cerita dan mencurahkan isi hati dan pikirannya.
Ingatan orang tua yang terlalu protektif (overprotective)
Ketiga adalah ingatan orang tua yang overprotektif. Luka ini akan membuat seseorang menjadi tidak berani mengambil keputusan, dan memilih berdiri di zona nyaman. Untuk solusi dari luka ini ada perbedaan, antara laki-laki dengan perempuan.
Untuk laki-laki, coba untuk keluar dari zona nyaman, berani untuk mengambil keputusan. Namun, bila perempuan mereka membutuhkan validasi dari temannya. Apabila perempuan asal mengambil resiko tanpa ada teman, maka riskan dikucilkan dari sosial
Harapan dan impian yang tidak realistis
Ketika saat kecil seseorang diberi fasilitas, seperti tontonan, mainan, dll maka saat dewasa nanti ia akan kecewa karena tidak sesuai dengan realitas. Fenomena ini banyak terjadi saat orang tua memiliki kecukupan yang lebih. Dampak dari harapan atau impian tidak realistis adalah perfeksionis.