TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Inisiatif Wakaf (IWakaf) meluncurkan dua program utama memasuki Ramadan 1446 H, yaitu Cash Wakaf untuk Palestina dan Cash Wakaf untuk Ifthor Ramadan.
Deddy Fenalosa selaku Direktur Utama IWakaf, program ini bertujuan untuk memberikan manfaat bagi umat Muslim yang membutuhkan, dengan sumber dana yang berasal dari hasil pengelolaan wakaf uang.
Dana yang terkumpul akan dikelola dalam usaha-usaha produktif, seperti investasi di sektor yang menghasilkan keuntungan, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk mendukung berbagai program sosial.
Program Cash Wakaf untuk Palestina akan digunakan untuk bantuan kemanusiaan di bidang kesehatan, pendidikan, sosial, dan infrastruktur.
Target dana Rp5 miliar dikumpulkan pada Maret–April 2025. Pengelolaan berlangsung dari Mei 2025 hingga April 2026, dengan penyaluran pada 2026 atau lebih cepat.
Sedangkan, Cash Wakaf untuk Ifthor Ramadan menyediakan makanan berbuka bagi keluarga kurang mampu.
Target dana 2 miliar rupiah dikumpulkan pada Maret–April 2025. Pengelolaan berlangsung dari Mei 2025 hingga Februari 2026, dengan penyaluran saat Ramadan 2026.
Dia menyampaikan bahwa program ini bertujuan untuk memberikan manfaat jangka panjang.
"Ramadan adalah bulan yang penuh keberkahan dan kesempatan emas untuk berbagi. Di tengah tantangan yang dihadapi oleh keluarga Muslim di Palestina, serta banyaknya keluarga yang kesulitan di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan berbuka puasa, kami mengajak seluruh umat Islam untuk berwakaf dalam program Cash Wakaf untuk Palestina dan Cash Wakaf untuk Ifthor Ramadan,” kata dia kepada wartawan, Senin (3/3/2025).
Menurutnya, wakaf tidak hanya memberikan manfaat sesaat, tetapi juga bisa menjadi amal yang terus mengalir pahalanya.
"Melalui wakaf ini kita ingin memberikan manfaat jangka panjang, tidak hanya saat ini saja namun akan kekal selamanya," tambahnya.
Lebih lanjut, Deddy menambahkan bahwa dana wakaf yang terkumpul tidak akan langsung disalurkan, tetapi terlebih dahulu dikelola dalam usaha produktif yang sesuai dengan syariah.
“Sebagian hasil dari pengembangannya akan menjadi program sosial Palestina dan Buka Puasa di Ramadan. Kita bantu saudara-saudara kita di Palestina yang sedang berjuang demi hidup dan kebebasan, serta mari pastikan setiap keluarga yang membutuhkan di tanah air bisa berbuka dengan penuh kebahagiaan,” tandasnya.
Diketahui, Pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan awal puasa atau 1 Ramadhan 1446 Hijriah/2025 Masehi jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025.
Keputusan tersebut diambil melalui Sidang Isbat yang digelar di Kantor Kemenag RI, Jakarta, Jumat (28/2/2025).
"Hasil Sidang Isbat menetapkan 1 Ramadhan 1446 Hijriah jatuh pada hari Sabtu," ujar Menteri Agama Nasaruddin Umar pada konferensi pers Sidang Isbat.
Keputusan ini diambil setelah posisi ketinggian hilal telah melebihi kriteria yang ditetapkan MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).
Kriteria MABIMS telah menetapkan imkanur rukyat yang dianggap memenuhi syarat apabila posisi hilal mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
Berdasarkan hasil sidang Isbat tersebut, maka pada Jumat malam umat Islam di Indonesia dapat melaksanakan Shalat Tarawih.
Seperti diketahui, Sidang isbat ini diikuti sejumlah perwakilan organisasi keagamaan, ahli astronomi, Komisi VIII DPR RI, hingga perwakilan negara sahabat.
Pengumuman penetapan dilakukan secara daring dan luring. Dengan demikian, masyarakat sama-sama bisa langsung menyaksikannya melalui tayangan di laman media sosial resmi Kemenag.
Sidang isbat sendiri digelar Jumat sejak pukul 16.00 WIB sampai ditutup dengan penetapan awal puasa Ramadhan. Kegiatan diawali paparan secara terbuka mengenai posisi bulan sabit baru (hilal) berdasarkan data astronomi oleh para pakar.
Pada tahun ini tidak ada perbedaan awal puasa antara Pemerintah, Nahdlatul Ulama, dan Muhammadiyah dalam menetapkan 1 Ramadhan 1446 Hijriah/2025 Masehi.