TIMESINDONESIA, GRESIK – Berusia 5 abad, tradisi Sanggring Kolak ayam di Kabupaten Gresik Jawa Timur terus dilestarikan hingga kini. Tahun ini, panitia menyediakan 3.500 porsi yang dibagikan ke warga dan pengunjung
Tradisi masyarakat Desa Gumeno Kecamatan Manyar ini rutin digelar tiap malam 23 Ramadan di Masjid Jami' Sunan Dalem.
Panitia Didik Wahyudi menyampaikan, ribuan porsi kolak ayam ini dibagikan gratis kepada warga dan pengunjung yang hadir dalam kegiatan kali ini.
Didik menjelaskan, kolak ayam ini dibuat dari 260 ekor ayam, 740 kg gula merah, 600 butir kelapa, 250 kg bawang daun, 60 kg jinten bubuk, dan 1400 liter air.
"Uniknya yang memasak dari mulai proses awal hingga matang semuanya dilaksanakan oleh panitia lelaki," katanya, Sabtu (22/3/2025).
Dia mengatakan penyelenggaraan kali ini merupakan paling meriah dan penyelenggaraan terbanyak dalam sejarah. "Jumlah ini terbanyak dalam sejarah pengadaannya,” jelasnya.
Didik menerangkan, rangkaian acara tradisi Sanggring Gumeno tahun ini menjadi perayaan yang istimewa, karena ada Festival Banjari TK Jawa Timur.
"Ada juga pengajian akbar KH. Anwar Zahid dari Bojonegoro yang digelar setelah sholat tarawih," tutupnya.
David, salah satu pengunjung yang datang dari luar kota, mengaku rela menempuh perjalanan jauh demi mencicipi keunikan Sanggring Kolak Ayam di Desa Gumeno.
"Saya penasaran dengan cita rasa khas kolak ayam yang sudah berusia ratusan tahun ini. Makanya, meskipun harus menempuh perjalanan jauh, saya tetap datang ke sini," ujar David.
Menurutnya, pengalaman menikmati kolak ayam langsung di tempat asalnya memberikan sensasi berbeda. Selain menyantap kolak ayam, dia juga mengunjungi sanak saudara yang ada di Gumeno.
"Rasanya unik, dan kaya rempah. Ditambah suasana tradisi yang masih terjaga," tambah pria asal Surabaya ini.
Selain mengikuti rangkaian acara Semarak Sanggring di Masjid Jami' Sunan Dalem, para tamu juga biasanya bertandang ke rumah kerabat maupun warga di desa setempat dan disuguhi menu kolak ayam yang sama.
Sebagai informasi, Nama 'sanggring' berasal dari kata 'sang' dan 'gring'. Sang berarti raja atau penggedhe, sementara gring artinya gering atau sakit. Sehingga Sanggring berarti raja yang sakit. Masakan ini juga biasa disebut kolak ayam karena berbahan utama ayam yang disajikan bersama ketan Punel.
Konon menurut catatan sejarah, Sanggring merupakan tradisi yang berasal dari riwayat Sunan Dalem. Saat itu, Sunan Dalem jatuh sakit lalu memerintahkan penduduk setempat untuk mencarikan obat. Sebagian penduduk bahkan mencari obat ke berbagai daerah.
Namun mereka tidak kunjung menemukan satu pun obat atau orang yang bisa menyembuhkan penyakit Sunan Dalem. Kemudian Sunan Dalem di tengah kebingungan para penduduk yang sudah berupaya mencari obat dengan berbagai cara akhirnya mendapat petunjuk dari Allah SWT melalui mimpinya.
Melalui mimpi tersebut, Sunan Dalem diminta untuk membuat masakan yang bisa digunakan sebagai obat yakni Sanggring. Keesokan harinya, Sunan Dalem memerintahkan penduduk agar membawa seekor ayam jago berumur sekitar satu tahun ke masjid.
Oleh penduduk setempat, ayam jago yang diminta Sunan Dalem tersebut kemudian diolah dengan santan kelapa, gula merah, daun bawang dan jinten.
Setelah matang, Sunan Dalem menyantap kolak ayam bersama ketan ketika berbuka puasa, karena saat itu bertepatan dengan 22 Ramadan 946 H atau 31 Januari 1540 Masehi. Setelah menyantap kolak ayam, Sunan Dalem akhirnya sembuh dari penyakitnya. (*)