TIMESINDONESIA, BANTUL – Kepala Pelaksana BPBD Bantul, Agus Yuli Herwanta, mengungkapkan bahwa Kabupaten Bantul memiliki 12 potensi bencana yang harus diwaspadai, termasuk ancaman gempa bumi megathrust dan tsunami.
Hal tersebut disampaikan dalam Apel Kesiapsiagaan yang digelar pada Minggu (27/4/2025) di Lapangan Paseban, Bantul, dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional 2025.
Hari Kesiapsiagaan Bencana yang diperingati setiap 26 April ini diinisiasi oleh BNPB dan diikuti BPBD di seluruh Indonesia. Pada apel kali ini, seluruh lurah di Kabupaten Bantul mengirimkan masing-masing 20 personel. Apel juga diikuti oleh Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB), Kwartir Cabang (Kwarcab) Pramuka, Taruna Siaga Bencana (Tagana), PMI, potensi SAR lainnya, Forkopimda Bantul, serta mitra BPBD.
Tema peringatan di Bantul, "Bangun Kesiapsiagaan Sejak Dini", menekankan pentingnya edukasi kebencanaan mulai dari tingkat anak-anak di TK, SD, hingga SMP.
"Sejak usia dini, anak-anak perlu diberikan edukasi dan pelatihan kebencanaan agar mereka memahami potensi bencana di lingkungan sekolah, tempat tinggal, maupun tempat kerja," ujar Agus Yuli.
Berdasarkan kajian terbaru BPBD, terdapat 11 potensi bencana di Bantul, yakni banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran, gempa bumi, tsunami, wabah penyakit, abrasi, gelombang tinggi, likuifaksi, kegagalan teknologi, serta dua tambahan terbaru yaitu likuifaksi dan kegagalan teknologi.
Dari berbagai potensi tersebut, ancaman gempa bumi dan tsunami menjadi perhatian utama. Agus menjelaskan, Bantul berada di jalur potensi gempa megathrust akibat pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia, serta adanya Sesar Opak yang aktif.
"Meskipun kita berharap tidak terjadi, kesiapsiagaan tetap harus dibangun karena potensi tersebut nyata," katanya.
Sebagai langkah antisipasi, BPBD Bantul telah membentuk Kalurahan Siaga Tsunami yang diakui UNESCO. Kalurahan tersebut meliputi Parangtritis, Tirtohargo, Gadingharjo, Gadingsari, dan Poncosari yang berada di wilayah pesisir selatan Bantul. (*)