TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perdagangan antara Indonesia dan Selandia Baru diharapkan bisa mencapai 3,6 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada 2029.
Hal itu terungkap ketika Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri menyambangi Selandia Baru.
Dalam lawatannya ke negara tersebut, Roro turut menerima penghargaan Prime Minister’s Fellowship for ASEAN dari Pemerintah Selandia Baru.
Penghargaan ini diberikan oleh Perdana Menteri Selandia Baru ke-42, The Right Hon. Christopher Luxon, kepada berbagai tokoh sebagai bentuk apresiasi terhadap kepempimpinan di wilayah ASEAN.
Penghargaan tersebut juga dalam upaya Indonesia dalam memperkuat hubungan kawasan, perdagangan inklusif, dan pembangunan berkelanjutan di Asia Tenggara.
Dalam pertemuan bilateral tersebut, Roro menyampaikan apresiasi atas penghargaan yang diterimanya.
Politikus Partai Golkar itu juga menekankan pentingnya kerja sama jangka panjang antara Indonesia dan Selandia Baru.
Perdagangan antara kedua negara diharapkan tidak hanya dalam perdagangan dan investasi, tetapi juga dalam bidang pendidikan, inovasi, dan diplomasi budaya.
"Kunjungan kami ke sini di harapkan mampu meningkatkan hubungan bilateral kedua negara melalui komitmen bersama untuk memajukan kerja sama regional yang inklusif dan berkelanjutan," kata Roro dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis (3/7/2025).
Roro pun mengungkap bahwa pada 2024 total perdagangan kedua negara mencapai 1,9 miliar dolar AS.
"Melalui Indonesia–New Zealand Comprehensive Partnership Plan of Action (PoA) 2025–2029 diharapkan bahwa perdagangan kedua negara dapat mencapai 3,6 miliar dolar AS pada tahun 2029," ujarnya.
Sebagai catatan, ekspor Indonesia tumbuh 15 persen menjadi 680 juta dolar AS, sedangkan impor dari Selandia Baru meningkat 8,97 persen menjadi 1,24 miliar dolar AS, mencatatkan defisit sebesar 555 juta dolar AS.
Selandia Baru tercatat sebagai mitra dagang ke-36 untuk ekspor dan ke-27 sebagai sumber impor bagi Indonesia.
Kedua negara sepakat menargetkan peningkatan nilai perdagangan menjadi 3,6 miliar dolar AS tahun 2029.
Hal itu sesuai rencana aksi dalam Indonesia–New Zealand Comprehensive Partnership Plan of Action (PoA) 2025–2029.
Selesaikan Ratifikasi Protokol Kedua AANZFTA
Dalam pertemuan tersebut, Indonesia menegaskan kembali komitmennya untuk menyelesaikan proses ratifikasi Protokol Kedua AANZFTA pada kuartal ketiga 2025.
Protokol itu akan memberikan manfaat konkret terutama bagi program “UMKM Bisa Ekspor” yang menjadi prioritas nasional.
Lebih lanjut, Roro juga menyoroti potensi besar untuk ekspor khususnya di sektor industri kreatif yang menjunjung tinggi sustainability hingga technology energi terbarukan.
Aksesi ke CPTPP
Selain itu, ia juga menyampaikan perkembangan proses aksesi Indonesia ke perjanjian perdagangan CPTPP (Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership).
Indonesia berharap dapat membentuk Accession Working Group (AWG) bersama negara-negara anggota CPTPP, dengan dukungan penuh dari Selandia Baru sebagai negara penyimpan (Depository Country).
Selain itu, Indonesia menegaskan kembali komitmennya untuk menyelesaikan proses aksesi ke Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) pada 2027.
Pada Juni 2025 lalu, Indonesia telah menyerahkan Initial Memorandum dalam pertemuan Menteri OECD di Paris.
Kolaborasi yang lebih erat diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi kedua negara serta memperkuat posisi Indonesia di rantai nilai global