Pertama di Jateng & DIY, RS Indriati Solo Miliki PET Scan Deteksi Kanker
GH News September 03, 2025 07:11 PM
Jakarta -

Rumah Sakit Indriati Solo Baru kini mempunyai layanan unggulan dalam deteksi kanker secara dini. Salah satu layanan yang dimiliki oleh RS Indriati Solo Baru yakni fasilitas kedokteran Nuklir & Terasonik Molekuler dengan Positron Emission Tomography (PET) Scan.

Dokter spesialis kedokteran nuklir dan teranostik molekuler RS Indriati Solo Baru, dr. Lim Andreas menerangkan bahwa ada tempat pengobatan kanker yang saat ini sudah tersedia di sana.

"Layanan kanker kita mulai dari konsultasi dokter spesialis, kita punya semua lengkap mulai dari anak-anak hingga dewasa, kita juga sudah ada kemoterapi yang bisa dijamin BPJS, radioterapi kita sudah menggunakan Linac Halcyon generasi terbaru dengan waktu penyinaran kurang dari 5 menit, dan yang terbaru kita juga sudah ada PET Scan," katanya kepada detik Jateng, Sabtu (23/8/2025).

Andreas mengatakan salah satu layanan deteksi dini kanker dengan menggunakan PET Scan. RS Indriati Solo Baru merupakan rumah sakit pertama di Jawa Tengah & DIY yang memiliki, layanan PET Scan ini.

Meski baru diluncurkan pada 15 Mei 2025 oleh Gubernur Jateng, Ahmad Lutfi, PET Scan bisa digunakan untuk mendiagnosa atau mendeteksi adanya sel-sel abnormal. Untuk PET Scan, kata Andreas, tesnya menggunakan radiofarmaka atau biasa disebut obat nuklir.

"PET Scan ini manfaat utamanya untuk kanker memang. Jadi PET scan itu suatu alat modalitas diagnostik ya. Jadi, dia nanti untuk mendiagnosa, mendeteksi adanya sel-sel yang abnormal. Di dalam kasus kita ini tes kan kita menggunakan radiofarmaka namanya atau lebih simpelnya disebutnya ya obat nuklir," ungkapnya.

Lebih lanjut, Andreas menjelaskan obat nuklir yang digunakan yakni Fluorodeoxyglucose yang merupakan analog glukosa atau gula buatan. Dengan dimasukkannya obat nuklir tadi, maka akan berkeliling dan tangkap oleh sel-sel yang membutuhkan gula.

"Obat nuklirnya itu yang kita pakai adalah FDG, FDG itu adalah Fluorodeoxyglucose yang mana dia merupakan analog glukosa atau gula buatan. Seperti yang diketahui sel keganasan itu doyan nyariin gula. Jadi kita akan memasukkan FGD ke pasien, lalu FGD-nya itu akan berkeliling di satu badan dan akan ditangkap oleh sel-sel yang memang dia butuh gula secara fisiologis. Salah satunya sel kanker. Nah, nanti dia setelah ditangkap sel kankerdan kita akan foto menggunakan mesin modalitas kamera PET scan ini," jelasnya.

Ia mengatakan, dengan menggunakan PET Scan bisa dilakukan hingga 30 menit. Hanya saja, proses penangkapan gula oleh sel-sel dalam tubuh yang membutuhkan waktu yang lama yakni 1 jam.

"Yang lama menunggu saat menangkap gula sekitar 1 jam. Mayoritas semua kanker bisa. Namun ada beberapa yang menangkapnya kurang. Misalnya seperti untuk kanker prostat atau untuk kanker liver itu dia kurang, tapi bukan berarti tidak bisa dipakai. Sebagai contoh misalkan kanker liver itu kalau stadium yang masih awal dia itu menangkap gula ini dia kurang, tapi kalau stadium ini sudah lanjut dia akan menangkap gula," jelasnya.

Meski menggunakan obat gula buatan, Andreas memastikan bahwa PET SCan juga bisa diakses penderita diabetes. Meski menggunakan gula, Andreas menyebut gula tersebut tidak masuk dalam metabolisme tubuh.

"Gula buatan itu dia akan ditangkap oleh sel, sel ganas ataupun sel yang normal. Sel normal itu misalkan seperti otak, dia menangkap gula juga. Tapi gula yang ditangkap itu tidak masuk ke metabolisme gula tubuh manusia normal. Dia hanya masuk ke sel diam sebentar supaya memberikan kita waktu yang cukup untuk di scanning karenakan yang yang menghasilkan radiasi kan obat nuklir itu. Kamera kita scanning itu untuk menghasilkan radiasi. Nah, jadi dia hanya membutuhkan waktu yang secukupnya untuk difoto nanti dia keluar lagi. Makanya kita juga foto itu tidak bisa terlalu lama jedanya dengan jarak penyidikan, obat tersebut nantinya bisa keluar lewat urine," bebernya.

Selain untuk mendeteksi kanker, PET Scan juga bisa untuk mendeteksi penyakit lainnya seperti kelainan jantung dan otak. Ia menyebut deteksi kelainan jantung bisa berupa perfusi aliran pembuluh darah jantung.

"Lalu kita bisa melihat status viabilitas dari otot jantung, apakah otot jantungnya masih hidup atau tidak. Lalu kalau untuk di otaknya kita bisa melihat pada pasien-pasien dengan Alzheimer ataupun Parkinson, epilepsi itu juga bisa terbantu dengan pemeriksaan PET scan ini," bebernya.

Andreas mengatakan, alat yang digunakan juga tidak kalah dengan rumah sakit luar negeri, sehingga pasien tidak perlu jauh-jauh berobat.

"Iya betul (tidak perlu ke luar negeri berobat) untuk servis pelayanan kankernya itu sudah sangat lengkap ya. Selain dokter-dokternya yang sudah terpenuhi semuanya, ada semua di sini. Kita juga punya penunjangnya yang sudah komplit. Dan kita juga sudah punya terapi yang tadi kemoterapi dan radioterapi. Nah, radioterapi kita juga itu menggunakan mesin yang saat ini yang terbaru ya," pungkasnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.