Jakarta (ANTARA) - Romo Kolonel Sus Yos Bintoro Pr, resmi memasuki masa purna tugas pada 30 November 2025 yang menandai kiprah panjangnya selama 29 tahun dalam mengemban dua perutusan sekaligus, Imam Katolik dan perwira rohani TNI.
Sejak ditugaskan pada 2 Desember 1996, ia menjalani panggilan ganda yang jarang ditempuh, namun dijalaninya dengan penuh kesetiaan dan keteguhan.
Dalam refleksi perpisahan, Romo Yos menyebut pengabdiannya di dunia militer sebagai "nafas kedua" setelah imamat, sebuah ruang pembentukan diri yang melengkapi tugas pastoralnya.
Penugasan sebagai military chaplain disebut sarat tantangan, terutama karena tuntutan menjaga moral prajurit di tengah kemungkinan perang dan operasi militer.
"Di mana pun perang terjadi, selalu dibutuhkan penjaga gawang moral. Di sanalah peran berat namun mulia seorang perwira rohani," ujar dia dalam keterangan tertulis pada Kamis.
Selama bertugas, Romo Yos memaknai imamatnya sebagai jembatan antara spiritualitas dan realitas medan tugas.
Ia menegaskan bahwa doktrin Gereja tentang 'Perang Adil' tidak bertentangan dengan nilai dasar TNI. Sebaliknya, Sapta Marga dan Sumpah Prajurit menjadi fondasi moral yang selaras dengan ajaran kemanusiaan Gereja.
Pengabdian terpanjangnya berlangsung di Akademi Angkatan Udara, tempat ia mengajar, membimbing taruna, dan menjadi Staf Khusus Gubernur AAU. Ia juga membina umat di Gereja Pangkalan Adisutjipto selama lebih dari dua dekade, mengubah bangunan sederhana menjadi Paroki mandiri yang hidup dan berkembang.
Dalam pesannya, ia mengingat kembali momen saat menerima penugasan dari Kardinal Yulius Darmaatmadja, SJ, yang mengarahkannya ke dunia militer, sebuah jalan hidup yang ia gambarkan sebagai duc in altum, melangkah ke laut yang dalam tanpa jalan kembali.
Menghadapi purnatugas, Romo Yos mengaku tetap memikirkan mereka yang ia layani: para prajurit, taruna, bintara, tamtama, serta umat yang kerap bergulat dengan ketakutan dan kecemasan.
Ia menegaskan bahwa makna seorang prajurit tidak ditentukan oleh pangkat, tetapi oleh kemampuannya memanusiakan sesama.
"Kehormatan seorang prajurit adalah sejauh mana ia mampu membantu mereka yang menderita dan membutuhkan uluran tangan," ungkap dia.
Ucapan terima kasih juga datang dari Letjen TNI (Purn) Ignatius Yogo Triyono, yang memuji perjalanan Romo Yos sebagai perwira dan imam.
"Dua pengabdian itu saling menguatkan. Salah satunya selesai, tetapi seorang prajurit sejati tidak pernah hilang, hanya memudar dengan kehormatan," kata dia.
Romo Yos menutup pengabdiannya melalui rangkaian Kunjungan Karya Pastoral bersama Uskup OCI ke berbagai satuan TNI dan Polri di Kepulauan Riau.
Di akhir pesan, ia menyampaikan salam untuk semua yang pernah berjalan bersamanya.
"Tidak ada perpisahan. Hanya perjumpaan yang tertunda," demikian salam perpisahannya.







