Dapur Canggih MBG: Begini Cara Teknologi Bikin Makanan Sekolah Lebih Aman
Content Writer November 27, 2025 06:30 PM

TRIBUNJAKARTA.COM – Di tengah semakin besarnya skala Program Makan Bergizi Gratis (MBG), berbagai dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di sejumlah daerah mulai menunjukkan lompatan inovasi melalui penggunaan teknologi modern dan digitalisasi penuh. Digitalisasi penerimaan bahan, sistem barcode, hingga alat masak berkapasitas besar menjadi fondasi baru pengelolaan dapur yang jauh lebih higienis, terkontrol, dan efisien.

Transformasi ini semakin penting dilakukan seiring kebutuhan penyediaan ribuan porsi makanan setiap hari. Meski isu keamanan pangan sempat mencuat di beberapa daerah, banyak SPPG justru memperlihatkan standar tinggi dalam pengawasan dapur—membuktikan bahwa teknologi mampu memperkuat keamanan pangan, bukan sebaliknya.

Salah satu contoh nyata terlihat di SPPG Banyuwangi–Magelang, yang telah menerapkan sistem digital real-time, peralatan masak modern, hingga manajemen produksi berbasis data untuk memastikan seluruh porsi makanan tetap aman, bersih, dan bergizi seimbang. Melalui inovasi digital, peralatan masak berkapasitas besar, bangunan dapur higienis, hingga sistem pengawasan terintegrasi, dapur ini menunjukkan bahwa produksi MBG bisa dilakukan dengan standar tinggi, cepat, dan tetap aman.

Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Gizi Nasional (BGN), Khairul Hidayati, menjelaskan bahwa inovasi ini merupakan langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan dan keamanan pangan nasional.

“Kami tidak hanya membangun dapur produksi pangan, tapi juga fondasi keberlanjutan. Dengan inovasi ini, SPPG menjadi contoh fasilitas yang tangguh, efisien, dan berorientasi pada masa depan,” ujar Hadi Pranoto selaku Ketua Yayasan Bina Bangsa di Magelang, Sabtu (25/10).

Digitalisasi untuk Menekan Risiko Kontaminasi

SPPG Banyuwangi–Magelang menerapkan sistem barcode pada seluruh bahan pangan dan peralatan gastronom food pan. Setiap bahan yang masuk dan keluar dipindai serta dicatat secara real-time ke dashboard digital, sehingga proses distribusi bahan, gramasi, dan jumlah porsi dapat dipantau secara presisi.

Selain meningkatkan efisiensi, sistem ini menjadi bagian penting dalam standar keamanan pangan, yakni bahan yang rusak, kedaluwarsa, atau salah simpan dapat terdeteksi cepat. Penggunaan dashboard digital ini juga meminimalkan human error dan memastikan setiap menu memenuhi standar Angka Kecukupan Gizi (AKG).

SPPG Banyuwangi–Magelang juga menggunakan tilting pan stainless steel berkapasitas 95 liter, alat yang sangat efisien untuk memasak banyak porsi sekaligus dan menghasilkan panas yang merata. Dengan lima unit alat, petugas dapur dapat menyelesaikan beberapa menu sekaligus tanpa risiko undercook dan overcook yang berpotensi meningkatkan kontaminasi.

Bahan pangan yang digunakan sebagian besar sudah dalam bentuk bahan siap olah, yang sudah dibersihkan, dipotong sesuai gramasi, dan diproses oleh pemasok bersertifikat PIRT.

Efisiensi juga terlihat pada proses pemorsian. Dengan desain tatakan ompreng, petugas bisa mempersiapkan satu porsi dalam waktu satu detik. Kecepatan pemorsian ini penting untuk menjaga makanan tidak terlalu lama berada pada suhu ruang, yang dapat meningkatkan risiko bakteri berkembang.

Bangunan dapur pun menggunakan sandwich panel yang tahan api, tahan gempa, anti jamur, serta mudah dibersihkan. Teknologi ini membantu menjaga dapur tetap higienis dan mendukung standar keamanan pangan jangka panjang.

Penguatan Sistem Pengelolaan MBG Berbasis Teknologi

Selain perbaikan dapur dan standar higienitas, sejumlah daerah mulai memanfaatkan teknologi digital untuk mendukung keamanan dan ketepatan pelaksanaan MBG. Salah satunya terlihat pada uji coba MBG berbasis Artificial Intelligence (AI) di Purwokerto. Sistem ini mengintegrasikan penyusunan menu otomatis, pemesanan sesuai preferensi siswa, hingga pemantauan distribusi secara real-time melalui dashboard.

Sekretaris Watung Koperasi Indonesia (Warkopin) Maju Jaya, Ari Rinaldi, menjelaskan bahwa sistem yang dikembangkan oleh Rafi Wikrama Sahasika, alumni S1 Teknik Bioproses Universitas Indonesia (UI), bertujuan untuk mempermudah pelaksanaan MBG dari hulu hingga hilir.

"Semua sistem tersebut dapat dimonitoring secara realtime melalui dashboard. Dengan sistem ini, diharapkan Presiden, Wakil Presiden, atau dari Badan Gizi Nasional dapat memantau secara realtime setiap hari," jelasnya dalam wawancara dengan Kompas (22/1).

Penerapan AI ini tidak hanya membantu mencegah pemborosan makanan, tetapi juga mengurangi potensi kesalahan operasional, mulai dari perhitungan porsi, pemilihan bahan, hingga alur distribusi.

Pendekatan seperti ini menunjukkan bahwa pelaksanaan MBG terus berkembang, tidak hanya pada aspek dapur dan sanitasi, tetapi juga pada sistem manajemen yang lebih akurat dan dapat diawasi lintas lembaga.

Serangkaian inovasi ini menunjukkan bahwa peningkatan keamanan pangan tidak hanya bergantung pada perbaikan dapur fisik, tetapi juga pada pembaruan sistem, digitalisasi proses, serta transparansi yang membuat kualitas pengelolaan MBG dapat dipantau dari pusat hingga daerah.

Kombinasi antara standar higienitas yang ketat dan dukungan teknologi inilah yang menjadi fondasi penting dalam memastikan keamanan konsumsi anak di sekolah.

Menguatkan Kepercayaan Publik Lewat Bukti di Lapangan

Isu keracunan yang muncul di beberapa daerah menjadi pengingat bahwa skala program MBG memang sangat besar dan risiko tetap ada. Namun, inovasi yang diterapkan di SPPG Banyuwangi–Magelang dan berbagai daerah lain menunjukkan bahwa standar keamanan pangan dapat dijaga melalui teknologi, alur kerja yang bersih, dan pengawasan terintegrasi.

Jika model dapur higienis dan sistem digital seperti ini diperluas ke lebih banyak wilayah, kepercayaan publik terhadap program MBG dapat meningkat. Program ini tidak hanya memberikan manfaat gizi, tetapi juga memastikan keamanan pangan bagi jutaan siswa Indonesia.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.