Tabiat Faziah Soraya, Ibu di Medan Dibunuh Anaknya Kelas 6 SD: Sering Marah-Marah 
December 18, 2025 01:39 PM

TRIBUNBENGKULU.COM - Siswi kelas 6 SD berinisial SAS alias Al (12) diduga membunuh ibunya, Faizah Soraya (42) di Medan mengungkap tabiat ibunya. 

Setelah peristiwa pembunuhan AI langsung mendapatkan pendampingan dari KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) dan KPAD (Komisi Perlindungan Anak Daerah) Medan sejak Rabu (10/12/2025).

Melalui pendampingan KPAI dan KPAD tersebut AI mau jujur dan terbuka apa yang sebenarnya terjadi sehingga menghabisi nyawa ibunya sendiri. 

Al mengungkap alasannya tega membunuh sang ibu kandung.

Awalnya isu yang berkembang adalah alasan Al menusuk Faizah karena kesal kakaknya dimarahi pada Selasa malam.

Guna membela kakaknya, Al pun membunuh sang ibu.

Ternyata, belakangan diungkap KPAI, Al bukan cuma ingin membela sang kakak saja.

Al mengaku ia juga ingin membela sang ayah yang sering dimarahi korban.

"Anak ini sebenarnya membela kakaknya, yang mungkin sering diiniin ibunya. Kemudian juga membela ayahnya. Jadi yang kami dapatkan informasi, anak ini merasa tidak nyaman dengan perilaku ibunya yang kadang sering marah-marah kepada kakaknya dan ayahnya, terutama kakaknya," ungkap Komisioner KPAI Diyah Puspitarini dalam tayangan youtube tv one news, Rabu (17/12/2025).

Kepada KPAD Medan, Al mengaku sakit hati kepada sang ibu.

"Jadi lebih ke motif utama (pelaku membunuh) mungkin dendam atau sakit hati (kepada ibu)," ujar Diyah.

Rasa sakit hati itu menggelayuti perasaan Al karena melihat perangai sang ibu yang temperamen.

"Iya, informasi yang kami dapatkan juga demikian (si ibu sering temperamen)," imbuh Diyah.

Adapun penyebab tindakan parisida yang dilakukan Al, KPAI menganalisa pemicunya adalah karena faktor emosi.

"Emosional ini karena si anak belum bisa meregulasi kondisi emosinya. Mungkin dia semacam protes melihat perilaku ibunya. Dia bingung 'saya ingin membela tapi saya juga tidak terima dengan kondisi ini'," kata Diyah.

Menurut Diyah peristiwa seperti ini tergolong dalam fenomena bernama parisida.

"Kejadian ini adalah parisida, di mana pembunuhan terjadi orangtua sebagai korban dan pelakunya adalah anak," ujar Diyah.

Fenomena anak bunuh orangtua seperti yang dilakukan Al itu kata Diyah memiliki banyak faktor pemicu.

"Di dalam kasus parisida memang banyak faktor, di antaranya adalah faktor emosional anak, kedua faktor ekonomi, ketiga faktor kurangnya dukungan sosial anak, keempat faktor pengasuhan bermasalah," pungkas Diyah.

Bukan baru pertama terjadi, sebelum Al ada juga kasus anak bunuh orangtuanya yang terjadi di Jakarta Selatan beberapa bulan lalu.

"KPAI bersama KPAD Labuhan Batu Utara, anak ini (pelaku) ceria, biasa saja. Jadi kami pernah menangani kasus MAS di Jaksel, kasusnya parisida membunuh bapak dan nenek ya hampir sama, anaknya ceria seperti anak lain," kata Diyah.

Siswi SD Jalani 43 Adegan Rekonstruksi 

Kini A telah diamankan bahkan harus menjalani 43 adegan rekonstruksi pembunuhan ibunya. 

Karena masih berusia 12 tahun, A mendapat pendampingan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Dinas P3AP2KB, Balai Pemasyarakatan (Bapas), serta Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Medan.

Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Dr Jean Calvijn Simanjuntak, mengatakan pihaknya telah melaksanakan pra-rekonstruksi untuk mencocokkan keterangan para saksi dengan fakta yang sebenarnya.

“Di sana ada 43 adegan. Dari situ ditemukan beberapa petunjuk, sehingga kami ingin mendalami kembali motif dan obsesi yang ada,” ujar Jean Calvijn dikutip dari TribunMedan, Rabu (17/12/2025).Saat ini, kepolisian bersama KPAI, Dinas P3AP2KB, Bapas, serta Unit PPA Polrestabes Medan masih mengumpulkan hasil asesmen dan penelitian psikologis terhadap anak tersebut.

“Pendamping dari KPAI, dinas perlindungan anak, psikolog, masih mengumpulkan hasil penelitian asesmen. Mudah-mudahan tidak lama lagi semuanya sudah sinkron,” katanya.

Jean Calvijn memastikan kondisi anak dalam keadaan sehat dan terus mendapatkan pendampingan, termasuk kegiatan sehari-hari yang bersifat edukatif.

“Puji Tuhan kondisi kesehatannya baik. Untuk kebutuhan pendidikan, meskipun sekolah diliburkan, kami memberikan edukasi melalui edutainment, permainan anak, yang didampingi pendamping perlindungan anak, Bapas, serta Unit PPA Polrestabes Medan,” ungkapnya.

Ia menambahkan, anak tersebut diberikan pembelajaran sesuai usianya, seperti kegiatan menggambar, menulis, dan aktivitas lain yang mendukung kebutuhan psikologis dan pendidikan.

“Itu semua merupakan kebutuhan psikologis dan pendidikan sesuai dengan usia anak, dan kami memfasilitasinya,” ujarnya.

Terkait kasus pembunuhan tersebut, pihak kepolisian berupaya mengungkap fakta secara terang benderang.

“Mudah-mudahan hasilnya dapat kami sampaikan dalam waktu yang tidak lama,” katanya.

Hingga kini, tim psikolog secara empiris menyatakan anak tersebut berada dalam kondisi baik dan sehat.

Namun, pihak kepolisian masih menunggu hasil verifikasi dan asesmen terpadu.

Saat ditanya mengenai hasil otopsi jenazah korban di RS Bhayangkara Medan, Kapolrestabes Medan enggan membeberkannya. Ia juga mengimbau masyarakat agar tidak menyebarkan identitas maupun wajah anak di media sosial.

“Kami mohon doa dan mengimbau masyarakat untuk menjaga privasi anak. Ini adalah anak di bawah umur, berusia 12 tahun 37 hari. Foto atau identitasnya tidak boleh disebarluaskan,” tegasnya.

Ia menambahkan, pihak kepolisian telah memeriksa suami korban, anak pertama, serta sejumlah saksi yang mengetahui kejadian tersebut.

 Terungkap pekerjaan Alham Wumala Siagian, suami Faizah Soraya yang tewas diduga ditikam anak kandung mereka sendiri yang masih duduk Sekolah Dasar (SD).

Diketahui, Faizah Soraya ditemukan tewas bersimbah darah dalam kamar rumahnya di Jalan Dwikora, Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal, Sumatera Utara pada Rabu (10/11/2025) pukul 05.00 wib.

Dilihat dari akun LinkedIn, Alham diduga berprofesi sebagai Engineer di perusahaan provider.

Sementara berdasarkan pengakuan saudara korban, Dimas mengatakanbahwa Alham memiliki jabatan mentereng.

"Sebagai seorang manager di Telkomokondo beberapa kali ketahuan selingkuh," tulis Dimas di postingan yang sudah diizinkan untuk dikutip.

Dimas mengatakan hubungan rumah tangga Alham dengan Soraya sudah tidak lagi harmonis.

"Dalam 5 tahun terakhir suami korban doyan selingkuh dan diduga ada hutang (mungkin akibat judol)," tulis Dimas.

Ia mengungkap sebenarnya Faizah Soraya menolak bercerai meski sudah dikhianati Alham.

"Si korban tidak mau bercerai karena korban adalah anak dari orang tua yang bercerai. Korban tidak mau anaknya merasakan seperti apa yang dia rasakan jadi korban perpisahan," katanya.

FOTO KELUARGA - Alibi yang disampaikan Alham, ayah siswi SD berinisial SAS (12) yang dituding membunuh ibu kandungnya di Medan pada Rabu (10/12/2025), dianggap tidak masuk logika. Ayah pelaku menyebut putrinya nekat menusuk sang ibu karena kesal melihat kakaknya dimarahi.
FOTO KELUARGA - Alibi yang disampaikan Alham, ayah siswi SD berinisial SAS (12) yang dituding membunuh ibu kandungnya di Medan pada Rabu (10/12/2025), dianggap tidak masuk logika. Ayah pelaku menyebut putrinya nekat menusuk sang ibu karena kesal melihat kakaknya dimarahi.

Reaksi Alham Istri Tewas 

Sementara, Suhartono, Kepala Lingkungan V, melihat Alham dalam kondisi terpukul dan menangis histeris saat peristiwa itu terjadi.

Namun, menurut kesaksian tetangga, Alham sempat menunjukkan sikap gelisah. 

Setelah insiden, ia terlihat mondar-mandir di depan rumah yang telah dipasangi garis polisi.

Sesekali menatap ke dalam rumah dengan wajah pucat setelah prosesi pemakaman.

"Itu suami korban yang mondar-mandir dari tadi pagi. Dia terlihat sangat terpukul," ujar seorang warga.

Saat dimintai keterangan, Alham masih bungkam.

"Maaf ya, saya masih berduka," katanya.

Tono mengungkapkan jika Alham sempat bercerita kalau ada kejadian yang diduga memicu sang anak marah.

Suhartono mengatakan, korban sempat memarahi anak pertamanya sebelum kejadian.

Lalu putri bungsunya itu diduga tidak terima ketika ibunya memarahi sang kakak.

"Tadi saya tanya ayahnya, semalam kakaknya dimarahin sama korban," katanya.

Tono menyampaikan, terduga pelaku anak tidak menangis sama sekali, sementara sang suami tak kuasa menahan tangis melihat istrinya sudah meninggal dunia.

Saat kejadian, sang suami, tidur di kamar lantai dua karena dikabarkan sudah pisah ranjang meski tinggal dalam satu atap.

Sementara, korban tidur bersama kedua anaknya di kamar lantai bawah.

Tak hanya tidak tidur bersama, korban dan suaminya juga jarang terlihat di media sosialnya.

Pada akun Instagram Faizah Soraya, ia tak pernah memposting sang suami.

Bahkan di hari-hari penting seperti ulang tahun anaknya, atau acara penting lain sang suami tak pernah ada.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.