TRIBUN-BALI.COM - WNA (warga negara asing) kembali berulah di Nusa Penida. Dua orang wisatawan, terciduk tidur di Pura Sad Kahyangan Segara Penida di Desa Sakti.
Wisatawan itu sama sekali tidak memakai kamen dan hanya berbekal matras tipis. Seakan-akan wisatawan tersebut sengaja numpang tidur. Padahal pura tersebut merupakan tempat yang disakralkan masyrakat setempat.
Video perbuatan wisatawan tersebut, beredar luas di media sosial. Seorang wisatawan buru-buru merapikan matras, saat dipergoki warga setempat. Sementara seorang WNA lainnya lekas mengambil ranselnya. Kedua WNA tersebut diperkirakan backpaker.
Kejadian ini pun mendapatkan berbagai tanggapan dari warga. Seorang warga Nusa Penida, Gede Anggra Putra mengeluhkan kondisi itu.
Menurutnya harus ada petugas yang berjaga di kawasan tersebut, apalagi Pura Sad Kahyangan Segara Penida lokasinya berdampingan dengan destinasi wisata Crystal Bay.
Baca juga: Truk Terguling di Bukit Jambul Bali, Jalur Karangasem-Klungkung Sempat Terganggu, Kerugian 30 Juta
Baca juga: PUPR Bali Sebut Penyebab Banjir di Bali, Drainase Jalan Dan Perkotaan Harus Dipisahkan
"Kita aja kalau masuk ke pura harus dipercikan tirta penglukatan, pakai kamen. Ini WNA seenaknya saja. Mungkin saja WNA itu tidak paham, tapi menurut saya harus ada petugas yang berjaga di destinasi wisata," ungkap Anggra Putra, Kamis (18/12/2025).
Sementara warga lainnya, Ketut Setiawan yang juga pelaku wisata mengatakan, kejadian tersebut menggambarkan kian maraknya warga wisatawan asing tidak berkualitas di Nusa Penida.
Biasanya wisatawan ini backpaker, atau wisatawan yang mengedepankan gaya hidup hemat saat berwisata.
"Padahal banyak hotel dan penginapan yang harga sewanya murah di Nusa Penida. Kalau wisatawan backpacker seperti ini, tidak memiliki andil untuk pariwisata," ujarnya.
Ia pun berharap pemerintah bisa membuat regulasi, sehingga wisatawan yang berkunjung ke Bali, khususnya ke Nusa Penida merupakan WNA berkualitas.
Yakni wisatawan yang mau tinggal lama dan benyak mengeluarkan uang untuk menikmati wisata Nusa Penida.
"Sekarang jangan sekedar ramai, tapi backpacker atau one trip. Tapi harus benar-benar menghabiskan uang liburannya di Nusa Penida, sehingga dampaknya ke warga Nusa Penida juga," jelasnya. (mit)
Maraknya wisatawan asing yang berulah di Nusa Penida, mulai dari WNA yang membuat video asusila di Pantai Kelingking, hingga tidur di Pura Sad Kahyangan Segara Penida tidak lepas dari belum maskimalnya pengawasan orang asing di Nusa Penida.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Klungkung, I Dewa Ketut Sueta Negara tidak menampik, selama ini pengawasan orang asing di Klungkung, khususnya di Nusa Penida masih tumpul.
"WNA itu takutnya dengan Imigrasi, karena bisa melakukan tindakan seperti deportasi. Sehingga kami biasanya libatkan untuk melakukan pengawasan ketika tim POA (Pengawasan Orang Asing)," tandasnya, Kamis (18/12/2025).
Hanya saja Kantor Imigrasi Kelas I TPI Denpasar yang mewilayahi 5 Kabupaten, tidak bisa secara berkala turun ke Kecamatan Nusa Penida.
"Pengawasan orang asing harus secara berkala, sebenarnya yang paling efektif yakni pengawasan partisipatif, yang melibatkan kepala desa, bendesa adat, pecalang, hingga Linmas," ungkap Sueta Negara.
Baginya yang paling mengetahui wilayahnya setiap hari, pastinya pemerintah paling bawah. Sehingga ke depan harus dibuat satgas pengawasan orang asing.
"Ketika ada peristiwa seperti itu, pihak desa bisa segera laporkan ke kami, sehingga kami bisa tindaklanjuti dengan mengajak imigrasi," tegasnya. (mit)