Sederet Kejanggalan Kasus Tewasnya Anak Politikus PKS Cilegon, Maman Suherman Pecat 4 Orang
December 21, 2025 02:38 PM

TRIBUNTRENDS.COM - Enam hari telah berlalu sejak kasus pembunuhan bocah berinisial MAHM (9) mengguncang Kota Cilegon, Banten.

Namun hingga kini, polisi belum berhasil mengungkap pelaku maupun motif di balik kematian tragis tersebut.

MAHM ditemukan tewas di rumah keluarganya yang berada di Perumahan Bukit Baja Sejahtera (BBS) III, Blok C5 Nomor 8, Ciwaduk, Kota Cilegon, pada Selasa (16/12/2025).

Kondisi korban saat ditemukan sangat mengenaskan, dengan 22 luka tusukan tersebar di sekujur tubuhnya.

Baca juga: Pelaku Pembunuhan Anak Politikus PKS Cilegon Diduga Orang Dalam yang Dendam, Bukan Orang Asing?

Korban diketahui merupakan siswa kelas IV SD Islam Al Azhar 40 Cilegon dan dikenal sebagai anak berprestasi di sekolah.

MAHM juga merupakan putra dari Maman Suherman, Dewan Pakar Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Cilegon.

Hingga Minggu (21/12/2025), penyelidikan kasus ini masih menemui jalan buntu.

Identitas pelaku maupun latar belakang motif pembunuhan belum terungkap, sehingga menyisakan tanda tanya besar di tengah masyarakat.

Pada awalnya, peristiwa ini sempat diduga sebagai aksi perampokan.

Namun, dugaan tersebut perlahan gugur setelah pihak kepolisian menyatakan tidak ada satu pun barang berharga yang hilang dari rumah mewah korban.

Situasi tersebut semakin memperkuat misteri di balik kematian MAHM, sekaligus memicu sorotan publik dan desakan agar aparat penegak hukum segera mengungkap kebenaran serta memberikan keadilan bagi korban dan keluarganya.

Dirangkum Tribunnews.com berikut sejumlah kejanggalan dari kasus pembunuhan itu.

  1. ART Pulang Sebelum Pembunuhan

Kasi Humas Polres  Cilegon AKP Sigit Dermawan mengatakan rumah besar itu tidak memiliki satpam pribadi.

Petugas keamanan  di kompleks perumahan itu bernama Sukir mengatakan ada dua asisten rumah tangga (ART) yang bekerja di rumah Maman Suherman.

Dua ART itu pulang sebelum kejadian.

"Ada dua pembantunya (ART). Pembantunya ada yang pulang jam 11.00 (WIB). Dan katanya ada satunya lagi (ART) pulang sekitar jam 2 (14.00 WIB)," ujar Sukir dikutip dari video Kompas.TV.

Awal mula terungkapnya kasus pembunuhan ini  saat sekitar pukul 14.20 WIB , ayah korban yakni Maman Suherman menerima telepon dari anak keduanya bernama D.

Dia terdengar panik dan meminta pertolongan.

Mendapat kabar tersebut, MS yang saat itu berada di tempat kerjanya langsung pulang ke rumah.

Tiba di rumah dan membuka pintu, Haji Maman demikian dia disapa,  mendapati anaknya dalam kondisi tengkurap dengan luka serius dan pendarahan hebat.

"Saat kejadian hanya 2 orang (di rumah itu) yakni korban adiknya dan kakaknya," kata Kapolres Cilegon, AKBP Marua Raja Silitonga.

Ibu dan ayahnya saat itu berada di luar rumah karena sama-sama bekerja.

PERAMPOKAN DAN PEMBUNUHAN - Potret Rumah mewah di perumahan Bukit Baja Sejahtera (BBS) Kota Cilegon, diduga menjadi lokasi perampokan disertai pembunuhan, Rabu, (17/12/2025)
PERAMPOKAN DAN PEMBUNUHAN - Potret Rumah mewah di perumahan Bukit Baja Sejahtera (BBS) Kota Cilegon, diduga menjadi lokasi perampokan disertai pembunuhan, Rabu, (17/12/2025) (TribunBanten.com/Muhammad Uqel Assathir)

2.  CCTV di Rumah Mati

Kasi Humas Polres Cilegon AKP Sigit Dermawan  mengakui CCTV di rumah mati saat kasus pembunuhan terjadi.

"Iya kita akan mencari CCTV ya. Kemarin tuh menurut informasi 2 minggu itu CCTV rusak," beber AKP Sigit Dermawan.

Polisi akan mengecek rekaman CCTV milik tetangga rumah mewah tersebut untuk mencari petunjuk.

Sigit mengatakan pihaknya juga terus memeriksa sejumlah saksi untuk nantinya bisa membongkar kasus tewasnya bocah tersebut.

"Untuk saksi ya yang saat ini, hari ini, yang sudah dimintai keterangannya oleh Polres Cilegon sebanyak 7 saksi. Itu dari pihak keluarga dan pihak lain ya," tuturnya.

3. Tidak Ada Barang yang Hilang

AKP Sigit Dermawan mengatakan dari hasil olah TKP, polisi tidak menemukan adanya barang yang hilang di rumah itu.

Sigit mengatakan pihak kepolisian belum bisa menyimpulkan peristiwa yang merenggut nyawa korban akibat perampokan atau bukan.

Komisaris Jenderal Purnawirawan Polisi Susno Duadji, Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, menjawab soal tidak ada barang yang hilang dari rumah itu.

"Kalau pencurian kepergok bisa beralibi membunuh. Nah ini sasarannya ingin ciderai anak dan keluarga yang lain. Si pelaku tidak langsung ujuk-ujuk langsung berbuat pasti sudah mengintai rumah dan siapa sasarannya  sudah dipantau," kata Susno.

4. Saat Kejadian Hujan Deras

Menurut laporan Kompas.TV, pembunuhan itu  terjadi saat hujan deras di kompleks perumahan itu.

Guru Besar Kriminologi Universitas Indonesia Prof. Adrianus Meliala, menyatakan bisa saja pelaku berniat melakukan perampokan namun aksinya diketahui korban yang berada di rumah.

Kata dia pelaku bisa saja merupakan orang dekat seperti asisten rumah tangga, satpam, atau tamu yang tidak termonitor.

Adrianus Meliala kurang setuju dengan narasi adanya motif politik lantaran ayah korban menduduki jabatan yang tidak vital.

Meski tak ada rekaman CCTV, pelaku dapat dilacak melalui DNA yang tertinggal seperti rambut atau bekas kuku.

Suasana TKP rumah tempat kejadian penusukan bocah 9 tahun, yang berada di wilayah perumahan BBS III, Kelurahan Ciwaduk, Kecamatan Cilegon, Selasa (16/12/2025) malam.
Suasana TKP rumah tempat kejadian penusukan bocah 9 tahun, yang berada di wilayah perumahan BBS III, Kelurahan Ciwaduk, Kecamatan Cilegon, Selasa (16/12/2025) malam. (TribunBanten.com/Ahmad Haris)

5. Empat orang dipecat Maman Suherman

Kapolres Cilegon AKBP Marua Raja Silitonga polisi masih terus mendalami kasus itu.

Staf Ahli Kapolri Hermawan Sulistyo  mengatakan polisi harus memeriksa semua orang yang berhubungan dengan keluarga korban.

Mulai dari lingkungan pekerjaan orang tua, teman-teman korban, ART, satpam, dan sebagainya.

"Kejahatan tidak boleh ada orang yang dikecualikan dari sangkaan. Jadi kalau dugaan pembunuhaan dari keluarga, dari 4 orang yang dipecat oleh bapaknya almarhum, semua tidak boleh ada yag dikecualikan dari dugaan sebagai pelaku," kata Hermawan Sulistyo dikutip dari TribunNewsmaker.com

Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel menduga korban bukan target utama pelaku.

MAHM diduga kuat hanya merupakan pengganti bagi pelaku untuk menyasar target lainnya, misal orang tua korban.

"Boleh jadi pelaku mengincar pihak lain yang punya keterkaitan dengan korban, misal orang tua korban," kata Reza, dikutip dari YouTube KompasTV, Sabtu (20/12/2025).

Serangan itu, lanjut Reza, dilakukan sebab pelaku merasa tak mungkin menargetkan orang tua korban secara frontal.

(TribunTrends.com/Tribunnews.com)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.