TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA – Sektor pariwisata di Kecamatan Sangatta Selatan, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, bersiap memasuki babak baru pada 2026.
Setelah sempat mengalami masa “mati suri”, dua destinasi utama yakni Teluk Lombok dan Wisata Telaga Bening resmi masuk dalam daftar pengembangan prioritas pemerintah daerah.
Pengembangan dua destinasi wisata ini sebagai upaya menghidupkan kembali geliat wisata sekaligus mendorong ekonomi lokal.
Baca juga: Pasca Libur Natal 2025 Lonjakan Penumpang di Terminal KM 3 Sangatta Kutim Capai 30 Persen
Teluk Lombok yang dahulu menjadi primadona wisata pantai warga Kutai Timur kini diproyeksikan bangkit melalui program revitalisasi terpadu.
Plt. Camat Sangatta Selatan, Rusmiati, mengungkapkan bahwa usulan perbaikan kawasan tersebut telah masuk dalam agenda Dinas Pariwisata dan direncanakan mendapat dukungan anggaran dari Pemerintah Pusat.
“Insya Allah sih sudah masuk di usulan dari Dinas Pariwisata, program tersebut menggunakan anggaran APBN ya, pusat nanti dari Kementerian Pariwisata untuk tahun 2026,” ujar Rusmiati, Senin (29/12/2025).
Meski demikian, Rusmiati menegaskan bahwa realisasi pembangunan fisik tetap menyesuaikan dengan kondisi keuangan negara.
Ia menyadari adanya kebijakan efisiensi anggaran nasional akibat berbagai bencana yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia.
Kondisi Teluk Lombok saat ini memang memprihatinkan.
Padahal, Pantai Teluk Lombok berada tak jauh dari pusat ibu kota Kabupaten Kutai Timur.
Jarak tempuh kurang lebih 45 menit menggunakan kendaraan roda 4.
Akses jalan masih berupa tanah merah.
Baca juga: Libur Natal di Kutai Timur, Destinasi Bukit Pandang Sangatta Siagakan Petugas Keamanan 24 Jam
Kondisi Pantai Teluk Lombok kini terus tergerus abrasi yang menghilangkan garis pantai berpasir.
Selain itu ancaman keberadaan buaya menjadi tantangan serius bagi pengembangan kawasan ini.
Plt. Camat Sangatta Selatan, Rusmiati, mengungkapkan bahwa penurunan jumlah pengunjung sangat terasa, terutama saat momen libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025 kemarin.
Jika dulu bibir pantai dipenuhi kendaraan wisatawan dari ujung ke ujung, kini jumlahnya merosot tajam.
"Tahun 2016 lalu, di satu titik lokasi saja bisa mencapai 17 mobil. Dulu itu (antrean kendaraan) panjang sekali dari depan sampai ujung Pertamina. Sekarang jauh berkurang," ujar Rusmiati, Senin (29/12/2025).
Menurut Rusmiati, salah satu penyebab utamanya adalah hilangnya keindahan pasir pantai akibat abrasi.
Saat ini, hanya beberapa titik yang masih memiliki hamparan pasir, itu pun berkat upaya mandiri pengelola setempat atau Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).
"Tempat yang masih bagus itu karena pengelolanya rajin menggali pasir secara mandiri. Yang lain sudah abrasi, pasirnya sudah tidak ada lagi," tambahnya.
Meski demikian, secercah harapan muncul melalui program pengembangan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) serta usulan desa yang telah disampaikan melalui audiensi virtual bersama DPR dan Dinas Pariwisata.
Rencananya, Teluk Lombok akan dipoles kembali dengan fasilitas yang lebih lengkap, termasuk kemungkinan menghidupkan kembali wahana water sport seperti banana boat.
Selain perbaikan fasilitas umum dan penguatan UMKM, penataan kawasan permukiman menjadi fokus utama pengembangan Teluk Lombok.
Abrasi yang semakin mengkhawatirkan membuat masyarakat pesisir memilih berpindah ke daratan, khususnya ke wilayah Kampung Baru.
Baca juga: Viral, Buaya Jumbo Asyik Berjemur Sambil Menganga di Atas Jamban Apung Sangatta Lama
“Masyarakat pesisir Teluk Lombok itu pindah ke darat semua karena abrasi. Kebetulan ada bantuan perumahan dari program Pemerintah yang membantu sekali. Nanti kawasan pantai yang kosong akan direlokasi dan dibersihkan untuk siap dibangun ke depan,” jelasnya.
Hal yang paling menarik dari rencana pengembangan ini adalah usulan pembangunan penangkaran buaya.
Rusmiati menyebutkan bahwa ini merupakan bagian dari 50 program prioritas yang tengah digodok.
Mengingat kondisi alam Sangatta yang merupakan habitat buaya, pemerintah setempat memilih untuk bersahabat dengan alam ketimbang melawannya.
"Sepemahaman saya, namanya alam, kita tidak bisa melawan bentangan dan kodratnya. Namun, kita harus bersahabat dengan alam. Hal itu tidak bisa dipungkiri karena kita hidup berdampingan," tegasnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Rusmiati mendorong pemerintah desa agar proaktif melakukan jemput bola dengan belajar ke Penangkaran Buaya di Teritip, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Ia berharap pengelolaan potensi ini bisa dikerjasamakan dengan pihak ketiga melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
"Saya mendorong desa untuk kunjungan atau silaturahmi ke Teritip Balikpapan. Polanya nanti bisa dikelola pihak ketiga atau melalui BUMDes yang berjalan. Ini langkah awal agar aspek safety atau keamanan bagi wisatawan juga terlengkapi," pungkasnya.
Tak hanya Teluk Lombok, Kecamatan Sangatta Selatan juga tengah menyiapkan destinasi alternatif berupa Wisata Telaga Bening yang berlokasi di Desa Sangatta Selatan.
Kawasan ini dirancang sebagai ruang terbuka hijau yang mengedepankan konsep kebugaran dan rekreasi keluarga.
“Wisata telaga, danau-danau, terus ada jogging track. Ini untuk hiburan masyarakat, kayak model di Polder-lah gitu (Polder Ilham Maulana - Red),” tambah Rusmiati.
Sementara itu, destinasi Sengkima Beach di Desa Teluk Singkama juga terus menunjukkan eksistensinya melalui promosi aktif di media sosial.
Berbeda dengan Teluk Lombok, kawasan ini dikelola secara mandiri, dengan sebagian area berada di bawah pengelolaan kelompok sadar wisata (Pokdarwis).
Namun, Rusmiati mengakui pengelolaan wisata berbasis Dana Desa saat ini menghadapi kendala administratif akibat adanya regulasi menteri terbaru yang memengaruhi penyaluran anggaran.
“Untuk BUMDes sendiri ada Pokdarwis, itu menggunakan Dana Desa. Namun saat ini terkendala aturan menteri yang baru mengenai kebijakan pusat, sehingga Dana Desa untuk Sengkima Jaya belum sempat tersalurkan. Kita lihat kebijakan tahun 2026 nanti,” pungkasnya. (*)